Pembahasan ini dikutip dari apa yang ditulis oleh Syaikh Ali bin Muhammad yang terkenal dengan sebutan Adh-Dhabba' Al-Mishri, dalam kitab beliau yang berjudul "Fathul Karim Al-Mannan Fii Adabi Hamalatil Qur'an", uraian secara singkat sebagai berikut :
Diantara adab-adab seorang mu'alim (guru/pengajar) adalah
- Hendaknya dia adalah seorang muslim yang telah baligh, berakal, tsiqah, terpercaya, sangat dhibat (kuat hapalannya), terhindar dari segala tuduhan, dan fasiq dari perbuatan yang akan menjatuhkan harga diri
- Ia mengikhlaskan niatnya hanya untuk mencari ridho Allah semata, bukan untuk mencari dunia, pujian manusia, kedudukan, atau pangkat dari ilmu yang dimilikinya
- Tidak boleh tamak terhadap apa yang diperbolehkan dari ilmu yang disampaikannya, baik berupa harta atau penghormatan meskipun hanya sedikit
- Tidak diperbolehkan mengambil upah dari ilmu yang diajarkannya, kecuali ilmu qira'ah/tajwid. (catatan para ulama berselisih pendapat tentang hukum menerima upah dari mengajarkan agama. namun, pendapat jumhur memperbolehkan menerima upah yang diberikan jika bukan atas keinginan sang mu'allim dan tidak mesyaratkan upah atas pekerjaannya itu)
- Hendaknya ia menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia dan terpuji, yaitu zuhud terhadap dunia dan mengambil sedikit bagian darinya, tidak terlalu ambil peduli dengan dunia dan ahlinya. Ia juga senantiasa memiliki sikap lemah lembut dan bermanis muka, menzalimi sifat wara' dan khusyu', tenang dan beribawa, tawadhu' dan rendah hati serta membersihkan dirinya dari penyakit riya', hasad, dengki, ghibah, mencela selainnya meskipun yang dicela lebih hina darinya. ia juga menghindari sikap ujub dan sombong, demikian pula banyak bergurau
- Hendaknya ia menghiasi pandangannya dengan tidak menoleh kecuali karena suatu kebutuhan, demikian juga tangannya tidak digunakan karena suatu kebutuhan juga
- Hendaknya ia komitmen dengan kewajianan syar'i berikut sunnah-suhnnahnya, yaitu mencukur kumis, memanjangkan jenggotnya, memotong kukunya dan amalan-amalan lainnya (menjaga sunnah-sunnah fitrah)
- Hendaknya bersikap tenang dan selalu mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an, mengosongkan hatinya dari segala sesuatu yang akan menyibukan dirinya, kecuali jika hal itu diperlukan. seperti menunjukan kepada murid yang sedang membaca sesuatu dengan memukul tangannya ke tanah, atau memberi isyarat dengan kepalanya terhadap apa-apa yang terlewatkan oleh muridnya. Hendaknya ia juga bersabar atas muridnya, sehingga sang murid mengingat apa yang terlupa darinya, atau ia mengingatkan apa yang dilupakan oleh sang murid
- Hendaknya mengenakan pakaian yang paling baik yaitu yang berwarna putih dan bersih, ia harus menghindari berbagai corak pakaian terlarang yang mengandung unsur tasyabuh dan tidak layak dipakai oleh seorang guru
- Hendaknya selalu muraqabah terhadap Allah baik dalam keadaaan tersembunyi maupun terang-terangan dan ia harus menyerahkan segalanya kepada Allah
- Jika ia telah sampai pada majelisnya, hendaknya menunaikan shalat dua raka'at, lebih dianjurkan lagi jika majelisnya itu berada di dalam masjid
- Hendaknya ia memperluas majelisnya agar para hadirin yang mendengarkan upacaranya dapat leluasa, ia harus selalu ceria dan bermuka manis, menanyakan tentang keadaan murid-muridnya dan juga mereka yang tidak hadir dalam majelis tersebut
- Hendaknya ia selalu menekankan dan menganjurkan agar murid-muridnya rajin dan selalu bersungguh-sungguh dalam thalabul 'ilmi, mengingatkan akan keutamaan menyibukan diri dalam membaca Al-Qur'a dan ilmu-ilmu syari'at. semua itu dengan tujuan agar para murid memiliki semangat dan kesungguhan dalam menuntut ilmu
- Seorang mu'allim juga harus menekankan kepada muridnya untuk bersikap zuhud kepada oranglain bersikap zuhud kepada dunia dan memalingkan mereka untuk tidak tunduk kepada dunia serta menjauhkan mereka dari segala kemewahan
- Seorang mu'allim juga harus bersabar terhadap sikap yang kurang baik bagi murid-muridnya
- Seorang mu'allim harus menekankan keikhlasan murid-muridnya dalam segala amal perbuatan, serta selalu muraqaba kepada Allah, segala amal perbuatan, bersikap jujur dan benar dalam segala tinfakan, serta selalu muraqabah kepada Allah atas setiap pekerjan
Diantara adab seorang murid (penuntut ilmu) adalah
- Semua sikap terpuji yang harus dimiliki oleh guru seharusnya juga dimiliki oleh seorang murid
- Hendaknya ia benar-benar memanfaatkan waktunya untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya
- Hendaknya ia memilih guru yang benar-benar ahli dalam bidangnya, mumpuni ilmu agamanya dan diakui keilmuannya
- Hendaknya ia membersihkan diri dan jiwanya dari segala kotoran hati agar dengan mudah ia menerima Al-Qur'an, menghapalnya dan mengembangkannya
- Hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam belajar, rakus terhadap ilmu dan memanfaatkan seluruh waktunya untuk hal itu
- Hendaknya ia tidak merasa cukup dengan ilmu yang sedikit yang ia peroleh, namun jangan juga membebani dirinya untuk mempelajari sebuah ilmu yang justru akan membosankannya atau menghilangkan ilmu lainnya yang telah dikuasainya
- Hendaknya ia menjaga hapalannya, dan jangan merasa sombong dengan keberhasilan ilmu yang diraihnya, juga jangan merasa dengki dengan keberhasilan yang dicapai oleh murid lainnya
- Seorang murid hendaknya memandang wajah gurunya dengan pandangan penuh hormat, ia juga harus meyakini akan kemahiran dan keilmuan yang dimiliki oleh gurunya, karena hal itu akan mengantarkan dirinya untuk dapat mengambil manfaat dari apa yang disampaikan dan memudahkan baginya untuk mencerna ilmu yang didapatnya
- Seorang murid harus selalu hormat dan beradab serta mengagungkan dan bersikap tawadhu' dihadapan gurunya, meskipun orang yang mengajarkannya lebih muda usianya atau lebih rendah nasab keturunannya
- Ia tidak boleh merasa kenyang (pandai) karena sepanjang waktu menemaninya, namun ia harus tetap mengikutinya dan bermusyawarah dalam setiap urusannya, menerima ucapannya dan pada saat duduk dihadapannya, maka duduklah layaknya duduk seorang murid bukan duduknya seorang guru
- Jangan masuk rumah guru untuk menemuinya kecuali dengan meminta izin sebelumnya, engkau menunjuknya dengan jari tangannya dan hendaknya tetap mendahulukan ridhanya meski tidak sesuai dengan inginan hati murid
- Jangan menyebarkan rahasianya, jika murid menemukan kekurangan pada gurunya, maka jadilah seolah-olah murid lah yang belum paham akan perkataannya dan jangan sekali-kali murid membanding-bandingkan dirinya dengan guru-guru lainnya. Jangan pula mengatakan bahwa si fulan telah menyelisihi ucapan guru tersebut. Murid juga harus menolak orang mengghibahnya jika mampu
- Jangan sekali kali duduk di tengah-tengah lingkaran majelis, kecuali karena darurat. jangan pula duduk diantara dua orang kecuali jika orang tersebut mengizinkan
- Jika mau duduk, hendaknya ia memperluas majelisnya dan beradab terhadap kawannya serta orang-orang yang hadir dalam majelis gurunya
- Janganlah seorang murid mengangkat suara terlalu melengking, dan jangan sampai orang yang mendengar ucapannya menertawakannya, jangan terlalu banyak bicara kecuali karena kebutuhan
- Janganlah ia menengok ke kanan dan kekiri tapa suatu keperluan namun hendaknya ia menghadapkan wajahnya kepada sang guru dan memperlihatkan semua icapannya dengan penuh seksama
- Janganlah seorang murid memaksa gurnya untuk mendengarkan bacaannya atau menjawab pertanyaannya pada saat sang guru sedang malas untuk ditemui, atau dalam kondisi sibuk. demikian pula ketika mereka dalam keadaan lapar dan haus, gelisah dan sedih dan keadaan yang serupa yang semua itu akan menyusahkan gurunya.
Dari Abdullah bin Amru bin Ash ia berkata, "Rasulullah bersabda :
"Bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi orangmuda (anak kecil) diantara kami dan tidak menghargai kemuliaan orang tua (termasuk ulama) diantara kami"
Dari Abu Musa Al-Asy'ari, ia berkata, "Rasulullah bersabda :
"Diantara wujud mengagungkan Allah adalah menghormati orangtua muslim yang telah beruban, memuliakan penghapal Al-Qur'an (ulama) yang tidak keterlaluan maupun tidak meremehkan dalam mengamalkan Al-Qur'an dan menghormati penguasa muslim yang adil"
Adab guru dan murid ini harus dipelihara, agar ilmu yang dipelajari dan diajarkan berkah dan mendatangkan ridho Allah. Seorang guru (apalagi murid) hendaknya tidak pernah merasa puas dalam menuntut ilmu. Sebagaimana Rasulullah senantiasa berdo'a kepada Allah
"Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" ( QS. Thaha [20] : 114)
Ketekunan mencari ilmu dan menjaga adab-adabnya telah dicontohkan oleh nabi Musa yang rela belajar kepada Khidir, yang tingkat kenabiannya dan keilmuannya sebenarnya di bawah nabi Musa dan nabi Musa toh tidak malu belajar kepada khidir
Musa berkata kepada khidir :"bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantaea ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadaku?" (QS. AL-KAHFI [18] : 66)
Nabi Musa juga menegaskan kesiapannya untuk sabar dan taat terhadap peraturan guru barunya tersebut :
Musa berkata : "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak menentangmu dalam sesuatu urusan pun" (QS. Al-Kahfi [18] : 69)
Sumber : Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani. 2015. "Mirzanul Muslim 1" Sukoharjo : Cordova Mediatama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar