Sabtu, 29 Oktober 2016

FAKTA UNIK tentang UTS

Kini aku kuliah D4 kebidanan alih jenjang, aku harus mulai menyesuaikan diri karena dulu aku kuliah D3 bukan di tempat kuliahku sekarang ini. Lingkungan baru, dosen baru dan teman baru semoga menjadi semangat yang baru untukku. Dan ini bukan kali pertamaku mengikuti UTS (Ujian Tengah Semester) dulu waktu aku SD sampai SMA namanya mid semester, baru ketika kuliah di jawa aku tau istilah UTS ini. UTS kali ini memberi banyak pelajaran untukku dan berikut beberapa fakta unik tentang UTS kali ini menurutku "sebut saja aku Majidah"

1. SKS menjadi sistem belajar favorit mahasiswa

Yang pernah mendapat gelar mahasiswa pasti sudah tak asing lagi dengan istilah SKS (Sistem Kebut Semalam). Sistem ini hanya aku temui di bangku kuliah, dulu waktu di bangku sekolah aku sering banget dikasih Pekerjaan Rumah dan latihan soal tiap hari, secara tidak langsung ketika mengerjakannya aku sudah belajar, dan waktu sekolah materinya tak sebanyak kuliah sehingga waktu sekolah saat ujian kita belajar tidak sampai semalam suntuk, cukup menghafal yang intinya saja atau bahkan aku pernah gak belajar waktu sekolah. Namun beda cerita kalau aku  sudah bergelar MAHA siswa, dengan materi yang tidak nanggung nanggung banyaknya, kuliah full jamnya, tugas dikerjakan tinggal copy paste saja, organisasi banyak kegiatannya membuat tak ada waktu mengulang materi kuliahnya, sehingga SKS menjadi pilihannya. Sistem ini menurutku sangat menyiksa dan memaksa tubuh karena selama 5 hari mata selalu terjaga untuk membaca materi yang belum tentu dimengerti dalam semalam, namun paling tidak sempat dibaca semua, itu sudah cukup membuat tenang dan bahagia. Setelah UTS timbul lelah, lemas, lunglai sehingga aku ingin mencoba meninggalakn sistem ini.

Di semester 1 dan 2 aku sempat sekamar dengan teman yang menjadi mahasiswa terbaik di jurusan saat wisuda D3. Aku amati caranya belajarnya, membacanya bukan sekedar membaca tapi memahami, belajarnya bukan hanya dari dosen saja, tapi dari berbagai sumber dan  dia memang suka bidang kesehatan makanya dia semangat. Aku pun tidak begitu bisa mengikutinya karena aku dari kecil lebih suka bermain rumus menghitung dan sempat menolak kuliah di kebidanan. Al hasil belajar tanpa rasa suka dan bahagia tidak menghasilkan hal yang luar biasa. Aku pun pernah belajar seminggu sebelum UTS namun hasilnya apa? ketika ujian aku males belajar dengan alibi "kan kemarin sudah belajar" aku belajar dengan apa adanya dan hasil ujian pun apadanya. Selain itu semakin banyak membaca dan menhafal tanpa memahami membuat materi satu dengan yang lain sering tertukar. Semenjak itu aku pilih sistem SKS kembali. Dalam hati ingin mengubah kebiasaan diri karena aku tak ingin ujian hanya untuk mencari nilai yang tinggi, aku ingin memahami materi agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan negeri, namun hingga wisuda D3 aku tetap setia dengan SKS, namun aku ada yang perlu disyukuri adalah aku mulai mencintai profesi ini.

Sedangkan saat aku kuliah D4 kebidanan ini, aku mulai memperbaiki diri kembali, merubah cara belajarku, ini bukan hanya tentang SKS tapi tentang menghargai guru / dosen / ustadz saat menuntut ilmu (Adab murid kepada guru dipostingan selanjutnya saja ya). Pada intinya ketika kuliah fokus saja kuliah, pesan dari salah satu temanku dan katanya pesan itu dia dapat dari dosennya, dai berkata "Hargai siapapun orang yang berbicara di depanmu, karena apa yang ada pada diri orang tersebut belum tentu ada pada oranglain, setiap orang punya cara sendiri untuk menyampaikan sesuatu". Bagaimana kita berharap memahami pelajaran kuliah jika kita medengarkan dosen saja sambil bermain HP, sambil tidur,  ngobrol dengan sebelahnya, ini seperti berharap kenyang tapi malas menguyah makanan, kan impossible. Selain itu sepulang kuliah sempatkan waktu untuk mempelajari materi yang tadi disampaikan dosen, sedangkan pagi hari sebelum berangkat baca materi yang dulu untuk mata pelajaran hari tersebut. Hal itu yang sering dinasehatkan oleh para orangtua pada anaknya. Aku sangat yakin jika kita bisa melaksanakan hal tersebut kita pasti menguasai materi kuliahm, tapi menjalankan seperti itu butuh paksaan dan kebiasaan, ini sangat sulit jika belum menjadi aktivitas rutin. Oleh sebab itu dibiasakan, lakukan hal tersebut selama 40 hari maka itu akan jadi kebiasaan, jika 1 hari kita lalai atau tidak melakukannya maka hitungannya kembali ke hari pertama. Jika malas menerpa ingat hakikat kita hidup di dunia hanya sementara? Akan-kah selamanya kita jadi orang yang biasa biasa saja atau bahkan orang yang luar biasa buruknya, Jatah umur kita berapa sih? tidak ada yang tau kan. Andai hari ini, jam ini dan detik ini merupakan kesempatan terakhir untuk kita berusaha maka apa yang akan kita lakukan? pasti melakukan yang terbaik. Maka saat malas menerpa ingat selalu bahwa ini mungkin kesempatan terakhir kita untuk berusaha.

Aku pun masih seperti manusia pada umumnya, sering lalai dan masih berusaha mencintai kebaikan karena memang secara naluri manusia lebih suka mendekati hal buruk. Dan sedihnya UTS kali ini aku masih setia dengan SKS, karena ada kegitan di luar kuliah yang cukup bermanfaat sehingga sedikit mengurangi waktu luangku, sebenarnya masih ada waktu luang yang lain yang bisa digunakan untuk belajar hanya saja rasa malas dan lelah sering menghampiriku. Meski sama sama SKS sekarang dengan yang duku ada bedanya, kalau dulu aku begadang sampai malam lalu bangun mepet subuh namun kali ini aku tidur mepet waktu isya (setelah isya langsung tidur) lalu bangun lebih awal. Alhamdulillah cara ini lebih efektif karena pikiran kita setelah bangun tidur itu seperti telah di instal ulang, serta belum terkotori oleh pikiran buruk. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasulullah yaitu

"Rasulullah Shalalluhualaiwasalam membenci tidur sebelum Isya dan bercakap cakap setelahnya" (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Barzah)

Sebuah riset terbaru juga telah menunjukan bahwa kurangnya waktu beristirahat pada malam hari dapat memicu resiko penyakit jantung dan stroke. Penelitian para ahli dari Warwick Medical School yang dipublikasikan dalam European Heart Journal menyatakan bahwa tidur kurang dari enam jam setiap malam dapat meningkatkan risiko kematian akibat stoke hingga 15 % dan risiko kematian akibat serangan jantung melonjak hingga 50 %. Francesco Cappuccio, seorang profesor bidang epidemiologi dan pengobatan kardiovaskuler, beserta rekannya Dr. Michelle Miller, pakar ilmu kedokteran, membuat kesimpulan tersebut setelah memantau sekitar 470.000 orang di delapan negara selama kurun waktu 7- 25 tahun. Tren tidur larut malam dan dini hari adalah bom waktu bagi kesehatan kita. Penelitian lain menyebutkan bahwa waktu optimum untuk beristirahat pada malam hari adalah 7-8 jam. sedangkan, tidur lebih dari sembilan jam merupakan pertanda gangguan kesehatan.

Mari katakan putus pada SKS, sudah terbukti sistem ini membunuh kita secara berlahan dan tidak efektif untuk metode belajar, jika memang niat kita kuliah untuk menambah ilmu bukan sekedar lulus dan wisuda.

2. Penyesalan Post UTS yang tidak ada habisnya

Sudah begadang semalaman belajar, capek, ngantuk terus tiba tiba waktu mengerjakan soal pikiran bleng, zonk (soal yang keluar tidak sesuai perkiraan), lalu apa perasaanmu? kecewa, marah, jengkel itu pasti

Ada juga yang tak sempat belajar dengan maksimal dan ketika mengerjakan soal UTS bukan ngebleng lagi tapi bengong gak ngerti apa yang diinginkan dosen melalui soal itu. Berasa perintahnya bukan "pilihlah jawaban yang paling tepat" tetapi "pilihlah jawaban yang paling salah". Penyesalan pun hadir juga pada kondisi ini

Segala kondisi dan perasaan tersebut muncul ketika setelah keluar dari ruang ujian lalu saling bertanya
"eh soal no 3 apa jawabannya?"
"jawabannya B kan ada di handout"
"kan, bener feelingku, tadi aku mau jawab itu tapi ragu, jadi aku ganti D"
"kalau no 7 apa?" .........dan seretusnya ........... Sampai stress mikirinnya, padahal masih ada ujian yang selanjutnya namun pikiran kita masih saja tidak mau move on dari jawaban yang salah di ujian sebelumnya. Bukan berarti kita tidak boleh membahas soal, namun kita tidak boleh menyesal berlebihan, karena penyesalan yang berkelanjutan tidak akan pernah merubah jawaban kita yang sudah dikumpulkan oleh pengawas justru akan menganggu pelajaran selanjutnya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزَنَّ , وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Yang sudah ya sudah, mari kini kita perbaiki diri untuk fokus menjadi pribadi yang lebih baik, jika memang menyesal dengan segala pekerjaan kita maka untuk pekerjaan selanjutnya berusahalah dengan maksimal.

3. Mencontek sudah dianggap biasa

Mulai dari SD hingga SMA aku juga termasuk pelaku mencotek, hal ini sulit dihindarkan. Dilema bukan main ketika tau orang yang mencotek mendapatkan nilai bagus sedangkan aku yang jujur, belajar dan berusaha dengan maksimal justru dapat nilai jelek, itu mungkin alasan beribu ribu orang mencontek termasuk aku. Ketika kuliah kebiasaan itu sulit dihilangkan masih ada rasa ingin mencontek namun alhamdulillah aku dikelilingi orang yang baik, dan aku selalu mendapat posisi terdepan ketika ujian, tidak ada kesempatan mencontek lagi hiingga akhirnya sampai lulus D3 aku sudah mulai terbiasa dengan tidak mencontek.

Keburukan yang dianggap biasa akan menjadi kerusakan, lalu dimanakah letak keburukan mencontek? Mencontek menurutku adalah suatu pencurian pemikiran oranglain, jika orang yang dicontekin tersebut ridho diambil pemikirannya gimana? dua duanya berdosa karena melakukan sesuatu yang dilarang karena mencontek adalah suatu kebohongan.

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ  الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا


Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’" Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386); Muslim (no. 2607 (105)); Abu Dawud (no. 4989); At-Tirmidzi (no. 1971); Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (VIII/424-425, no. 25991); Ibnu Hibban (no. 272-273-at-Ta’lîqâtul Hisân); Al-Baihaqi (X/196); Al-Baghawi (no. 3574); At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”

Sudah jelas kan dalam agama kita dilarang berbohong, makanya jangan mencontek jika ingin masuk surga. Selain itu mencontek yang bersifat membohongi kemampuan diri sendiri akan berdampak buruk di masyarakat, bagaimana mungkin ilmu kita bisa diamalkan jika hasil kemampuan kita yang diukur dari nilai saja merupakan kebohongan. Bisa jadi di masyarakat kita menjadi manusia yang tidak bermanfaat. Terlebih lagi kita seorang tenaga kesehtan jika nilai kita hanya hasil contekan bagaimana kita menangani pasien, mana mungkin kita mencontek saat di depan pasien, ini bahaya lho. Lagi pula aku belum pernah ditanya pasien berapa IPKmu waktu kuliah, bu bidan? Yang terpenting adalah kepahaman kita dalam materi dan aplikasinya bukan hanya sekedar nilai dan aku yakin jika kita pahami, nilai baik otomatis akan menyertai kita.

4. Masalah tak jadi penghambat

Hari pertama UTS mendapat pesan di group WA kelas bahwa seorang teman yang sudah bergelar ibu rumah tangga, suaminya kecelakaan sehingga tidak bisa mengikuti UTS untuk hari. SubhannaAllah ada saja masalah yang hadir di saat seperti ini, jika aku ada di posisi beliau aku tak tau apa yang akan aku rasa kecuali rasa khawatir pada suamiku. kita hanya bisa mendo'akan kebaikan bagi suami ibu tersebut. Hari pertama beliau ndak bisa ikut UTS, setelah bisa hadir di UTS ibu itu bercerita bahwa beliau sempat belajar di RS sambil menunggu suaminya tetap saja tidak bisa konsentrasi, tidak ada materi yang diingatnya. Namun karena beliau sudah memiliki pengalaman insyaAllah soal UTS bisa dikerjakan meski terbatas.

Oh ya aku kuliah di D4 ini sekelas dengan ibu ibu luar biasa, sebagian mereka kuliah sambil bekerja dan belum lagi masih memiliki tangungjawab sebagai ibu rumah tangga. Sungguh rasa kagum tak bisa tersembunyikan ketika melihat mereka belajar dengan semangat pemuda, membuat catatan kecil untuk mengulang materi karena mereka paham bahwa daya ingat mereka sudah tak sebaik saat masa muda dulu. Aku pun malu harusnya aku bisa berusaha lebih baik dari mereka. Terimakasih semangatnya para ibu.

5. Refreshing Post UTS

Ini cerita paling menbahagiakan, kita sekelas kenal belum genap 3 bulan, berasal dari sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda beda bahkan umur pun banyak yang terpaut jauh berbeda. Ada yang fresh graduate dan ada pula yang memiliki pengalaman kerja melebih umur yang fresh graduate, namun kita tampak seperti keluarga yang sudah lama kenal.

Rencana main memang sudah dibuat sejak kita belum mulai kuliah. Alhamdulillah terealisasi setelah UTS. Tak semua bisa ikut tetapi sebagian besar sudah cukup membuat bahagia. Mungkin kita hanya sekedar berfoto foto di hutan pinus lalu dilanjut makan besar di rumah bu nunuk (salah satu teman sekelas kita yang rumahnya dekat hutan pinus) namun hal ini sudah membuat begitu bahgia, canda tawa menyatukan segala keberbedaan. Kelas ini bisa ku sebut keluarga baruku. semoga kita bisa menjalani 1,5 tahun ini bersama dengan baik. amiin

Ini sebagian foto acara kita-kita





Tidak ada komentar:

Posting Komentar