Jumat, 03 Maret 2017

ANDAI AKU MATI


Kemarin siang, dengan suhu udara yang begitu hangat aku merasa mengantuk, jam di telfon genggamku menunjukan pukul 12 kurang beberapa menit. Teringat Sunnah Rasulullah tentang tidur di antara waktu dhuha dengan dzuhur, aku pun langsung merebahkan tubuh ini ke atas kasur. Tak lama terdengar suara adzan berkumandang, namun mataku terasa berat, kaki tak bisa diangkat disertai semutan, sedangkan seluruh tubuhku kaku tak dapar bergerak. Hal ini yang mungkin sering disebut dengan "Tindihan", menurut mitos ada hubungannya dengan setan, sedangkan yang pernah aku dengar menurut ilmu pengetahuan ini karena posisi tidur yang salah, biasanya terjadi pada posisi tidur tengkurap. Padahal tidurku begitu rilex, terlentang tanpa bantal atau benda lain disekitarku, lalu aku melihat sesosok wanita di kiriku, yang tak jelas wajahnya, dia kenakan pakaian putih berjalan mendekatiku lalu bayangan wanita itu semakin pudar dan hilang, tiba tiba kakiku semakin berat seperti ada yang menahannya. Aku paksa istigfar, meski bibirku sangat kaku, aku coba untuk membaca al-fatihah atau ayat kursi, namun itu sangat sulit. Beberapa menit aku melawan tubuh ini, alhamdulillah aku dapat membuka mataku. Aku tarik nafas berlahan tapi dalam untuk menenangkan pikiranku, "ternyata aku masih hidup". Aku begitu bersyukur, aku pikir ajal sudah datang. Sampai sekarang aku tak mengerti itu mimpi atau bukan.

Kejadian terbayang bayang kematian ini tak hanya sekali ku rasakan. Dulu, aku tak ingat tepatnya tanggal berapa, namun sepertinya aku masih duduk di bangku SMA. Aku bermimpi tak ada orang yang mendengarkanku ketika aku berusaha berbicara dengannya, dengan memakai mukena aku berjalan ke sana kemari. Dalam mimpiku itu aku menatap sebauh cermin, aku menangis, aku tau ini mimpi, aku ingin bangun dari tidurku. Singkat cerita aku menemukan sebuah jasad dan aku pun tidur di jasad itu dan terbangun. Tubuhku berkeringat, aku tenangkan diri, mimpi ini seperti sesuatu yang digambarkan di film horor. Seorang roh berusaha berbicara dengan manusia yang masih hidup. Aku pun menyimpulkan mimpiku ini bisa jadi karena efek menonton TV sehingga bayangannya sampai ke mimpi, namun hal ini cukup membuatku gelisah. Andai aku mati apa yang akan ku jelaskan pada malaikat, aku banyak lalai.

Ada kejadian lagi tentang mengingat kematian, namun ini bukan mimpi hanya sebuah pikiranku sehingga menimbulkan rasa ketakutan. Saat itu aku baru saja menyelesaikan kuliah D3ku, aku akan menjalani ujian kompetansi setelah itu tinggal persiapan wisuda. Aku tidak tahu darimana pikiran aneh ini, aku selalu membayangkan jika aku mati gimana ibu dan keluargaku padahal aku akan wisuda. Jika aku mati bagaimana tanggapan orang yang mengenalku, akan kah mereka kehilanganku. Jika aku mati lalu belum shalat bagaimana pertangungjawabanku pada Allah. Aku memang sangat ketakutan namun tetap aku bersyukur atas kejadian ini aku semakin giat beribadah, karena aku sangat takut jika 5 menit lagi jantungku berhenti memompa darah ke seluruh tubuh maka aku sudah tidak dapat beramal dan bertobat. Karena ini aku pun sempat trauma mengendarai motor, aku malas berpergian, sehari hari hanya di rumah saudaraku saja. YAng ada di bayanganku jika aku kecelakaan lalu mati. Aku memang beberapa kali hampir kecelakaan, namun Alhamdulillah yang telah memberikan aku keselamatan agar aku dapat berusaha menghapus dosaku dengan amal kebaikan. Setelah beberapa kali terpaksa mengendarai motor karena harus ke kampus ikut bimbingan ujian kompetensi, Alhamdulillah yang telah menghilangkan rasa takutku yang berlebihan dan memberikan ketenangan hati.

Peristiwa-Peritiwa itu cukup jadi pelajaran, bahwa ketika benar benar itu adalah waktuku untuk kembali kepada Sang Maha Kuasa rasanya aku akan sangat menyesal atas segala kesempatan yang Allah berikan tapi tak aku pergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ku hirup pelan pelan oksigen yang telah Allah berikan gratis, ku rasakan peredarahan darah dalam tubuhku, seakan aku lupa 21 tahun lebih Allah berikan aku kondisi yang begitu baik daripada yang lain, namun tetap saja aku masih sering mengeluh, merintih, menyalahkan takdir Allah, harusnya aku mulai sadar masih banyak orang yang tak mendapatkan kesempatan untuk memiliki anggota tubuh sempurna, merasakan haus dan lapar, memiliki keluarga yang utuh, dan yang paling utama nikmat islam dan iman. Tak semua orang mendapatkan apa yang telah Allah pinjamkan padaku.

Aku pernah mendengar sebuah ceramah dari ustadz Khalid Basalamah, ketika kita tertimpa musibah dan merasa diri paling menderita, maka carilah orang yang lebih menderita. Misalnya ada yang sakit demam, masih ada orang yang tak hanya sakit demam saja tapi ditambah rematik dan lain sebagainya. Sehingga jangan pernah merasa paling menderita di dunia ini, masih banyak orang yang tak seberuntung diri ini, Allah memberikan ujian sesuai kadar kemampuan hamba-Nya dan hakikat ujian adalah bukti sayang Allah kepada kita untuk meningkatkan derajat kita di sisi-Nya. Ada 2 hal yang akan membuat orang tenang yaitu, kita harus tau ajal pasti akan datang, mau sehat atau sakit, tua atau muda, ajal bisa datang kapan saja jadi tak perlu khawatir tetang kematian, kita cukup mengisi penantian kematian dengan amal kebaikan. Hal yang kedua adalah kita harus paham bahwa Allah sudah menakdirkan rezeki untuk kita, tidak mungkin rezeki kita diambil oranglain, sehingga tak perlu iri dan dengki dengan apa yang dimiliki oranglain. Jika kau iri dengan apa yang oranglain miliki berupa nikmat dunia maka ingatlah apa yang berada disisi Allah untuk orang bertaqwa itu jauh lebih indah daripada dunia. Dunia dan isinya terlaknat kecuali dzikir dan orang yang berilmu. Jadi jangan berbangga dengan nikmat dunia.

Ingat mati itu bukan sesuatu yang salah justru dianjurkan, namun takut mati yang tidak diperbolehkan. Penyakit yang disebut Al Wahn yaitu cinta dunia dan takut mati ini yang membuat muslim menjadi sangat lemah, sesuai dengan hadist Rasulullah.

Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu saat di mana seluruh manusia bersatu padu melawan kalian dari segala penjuru, seperti halnya berkumpulnya manusia mengelilingi meja makan.”
Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah jumlah Muslim pada saat itu sedikit?”

Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. 

Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani)

"Ya Allah bukan aku takut mati hanya saja aku takut meninggalkan dunia ini dalam keadaan hina"

Kamis, 02 Maret 2017

THE POWER OF MENULIS

Dulu saya tidak suka membaca, saya lebih suka menghitung dan akrab dengan angka. Jika ada pelajaran yang mengharuskan muridnya membaca seperti mata pelajaran IPS dan bahasa, secara otomatis nilai saya pas pasan atau bahkan di bawah standar. Novel dan komik yang merupakan buku favorite hampir semua orang, saya pun tidak tertarik untuk membacanya. Novel yang pernah saya baca sepertinya tak sampai 100 halaman dan itu saya baca karena ada tugas membuat referensi buku. Saya sering tertidur ketika membaca, bahkan membaca sms saja saya kadang ketiduran. ketika SMP kalau saya sulit tidur saya sms oranglain, dan ketika sms sudah balas biasanya saya sudah terlelap.

Hingga akhirnya Allah mendekatkan saya dengan orang-orang yang suka membaca, menulis, dan mencintai sastra. Terkadang saya heran dengan mereka kenapa ribet menggunakan kata khiasan jika ungkapan bisa dibicarakan secara to the poin. Saya pun sering mengejek beberapa teman yang puitis, tapi ejekan itu hanya sekedar becandaan. Inilah saya, jika saya mengejek oranglain maka sifat yang menjadi ejekan bisa menular ke diri saya. Saya mulai puitis, mengunakan kata kata yang ku anggap dulu ribet tapi ternyata membuat orang lebih tersentuh dan mengerti maksudku. Dengan sangat terpaksa saya pun suka membaca dengan cara membeli buku dan bertanggungjawab jawab untuk membacanya. Meski ilmu didapat tak hanya dengan membaca tapi tanpa membaca kita sulit untuk berbicara tentang hal yang berguna. Buku jendela dunia itu memang benar, kita tidak pernah ke luar negeri tapi dengan membaca buku kita tahu ada apa saja di sana.

Saat membaca buku karya Azhar Nurun Ala, seorang yang aku kenal, dia satu Alumni SD, SMP, SMA denganku, tetangga dusun, teman kakak kandungku, tapi mungkin beliau tak kenal aku. Ini untuk pertama kalinya saya membaca buku karya seseorang yang saya kenal. Dalam satu hari saya selesaikan membaca buku yang berjudul Jatuh itu. Beliau bukan ahli sastra melainkan lulusan gizi UI tapi beliau bisa jadi penulis, tanpa menghabiskan suara beliau bisa merubah banyak pemikiran orang. Mulai dari situ saya terpikir ingin menulis. Ini tips agar selalu bisa rutin menulis ala Kerajinan_kaki

1. Temukan motivasi menulis
Saya temukan beberapa motivasi menulis dari penulis

Azhar Nurun Ala
"Dorongan untuk menulis itu erat kaitannya dengan membaca. Membaca di sini bukan cuma membaca buku, tapi juga membaca sekitar, membaca situasi politik, dll. Terutama, membaca perasaan. Di situlah ceritanya dimulai, awalnya saya menulis untuk curhat. Sebagai terapi. Cuma itu. Sebelum akhirnya saya sadar bahwa ternyata sebuah tulisan bisa punya dampk yang begitu luas dan dalam. Akhirnya sekarang saya terus menulis, bukan cuma untuk terapi. Tapi juga untuk mengabadikan kebaikan. Sekaligus, mencari segenggam berlian."
Sumber : http://www.dwihandafirdaus.com

Ustadz Felix Siauw
"Aku menulis agar anak-anakku mengenal persis siapa ayahnya, bukan dari lisan orang lain tapi dari tulisan ayahnya" sunber : http://fakhrizal78.blogspot.co.id

Rezky
"Menjadi pejuang kebaikan. Pejuang harus bisa mengalahkan rasa lelah menjadi lillah. Sulit memang, muluk memang Tapi itulah yang menggerkan saya untuk terus menulis. Selain itu cara menulis saya pun berbeda. Bukan hanya menulis buku, artikel dan tulisan saja, tapi menciptakan program menulis. Contohnya saja 30 Day Writing Challenge. Bahagianya terasa banget ketika banyak oranglain terbantu dan tergerak untuk menulis"

Ada banyak lagi motivasi dari penulis lain namun pada intinya semua penulis ingin pembaca menjadi orang yang lebih baik ketika membaca tulisannya atau mungkin hanya sekedar ingin menghibur pembaca lewat tulisan. Tapi jika niat utama menulis hanya untuk mencari uang sepertinya kurang pantas, karena saya pernah membaca di internet tak terlalu banyak nobel yang diterima penulis dan saya juga pernah dengar dari penulis jika ingin menghasilkan uang maka lebih baik menulis, mencetak dan mendistribusikan sendiri bukan lewat penerbit. Namun kelebihannya jika menggunakan penerbit, lebih mudah dikenal terutama jika penerbitnya sudah terpecaya.

Balik lagi ke motivasi menulis ya, tentukan tujuan menulis mulai saat ini, ketika mulai bosan menulis ingat kembali tujuan, maka semangat menulis akan kembali pulih.

"Jika gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang maka sebaiknya kita mati meninggalkan tulisan kebaikan". Ingat ilmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyah yang mengalir walaupun kita mati

2. Luangkan waktu
Jangan menunggu waktu luang tapi luangkan waktu. Nikmat yang sering kita lupakan adalah waktu luang, saya termasuk yang sering menyianyiakan waktu luang dengan menunda nunda segalanya begitu pula menulis. Ketika pagi datang kita katakan "nanti sore saja nulisnya", sore pun tiba "kayaknya enak malam, suasananya hening", hingga akhirnya malam "sudah mengantuk, besok lagi saja", terus terus akhirnya tidak ada satu judul yang ditulis. Cari waktu khusus di setiap hari untuk menulis, yang paling baik adalah pagi hari karena pikiran masih fresh, jika malam hari maka lelah akan mengalahkan tekad menulis, ide ide pun gagal muncul. Namun memang setiap individu berbeda, yang terpenting luangkan waktu, baik pagi, siang maupun malam.

3. Siapakan catatan
Pikiran kita seperti pisau semakin diasah semakin tajam. Jika jarang digunakan untuk menulis maka otak tidak tajam untuk memunculkan ide ide menulis. Karya tulis pun tidak terasa tajam untuk menyentuh hati pembaca.

Apapun bisa ditulis, mulai dari kenangan, kebahagiaan, ilmu, dan opini. Oleh sebab itu bawa catatan kecil kemanapun kita pergi, atau minimal HP, jika di perjalanan pergi le kantor, pulang kerja ada kejadian menarik langsung tulis garis besarnya. Setelah sampai rumah baru lah lengkapi tulisannya. Karena menurut pengalaman, saya suka lupa dengan apa yang akan saya tulis.

4. Jangan menulis
Saya pernah menghadiri seminar ustadz Burhan Shodiq, beliau mengatakan jika sedang tidak mood menulis jangan dipaksa, tutup laptopmu, pergilah ke toko buku, beli buku yang menarik setelah itu banting / lempar buku tersebut di atas kasur (agar tidak rusak) lalu katakan "aku akan menulis lebih bagus dari ini"

Yaps, jangan menulis dengan paksaan, maka hasilnya kurang maksimal, meski kita sudah menjadwalkan rutin menulis tiap hari, namun kualitas harus terjaga. Refreshkan pikiran dengan jalan jalan, diskusi, baca tulisan lama, baca buku hingga menemukan ide yang menarik lalu segera buka laptop dan tulis.

5. Buat Rencana Judul
Ketika ada challenge membuat judul tulisan untuk 10 hari saya sangat keberatan karena merasa dibatasi dengan apa yang saya tulis. Tapi ternyata fungsi dari rencana itu adalah ketika kita sedang kehabisan ide kita sudah punya rencana yang mengarahkan kita menulis, namun jika pada hari itu punya ide lain di luar rencana tidak masalah, bisa jadi ide pada hari itu lebih menarik. Saya juga pernah membaca tips disebuah buku, jika ingin menulis sebuah buku maka yang harus kita lakukan adalah membuat sinopsis dan daftar isi, karena ini kerangka utama dalam sebuah buku, tulisan kita bisa terarah lewat sini. Tapi jika ingin tulisannya mengalir begitu saja mungkin jadinya hanya tulisan curhatan, bukan berarti salah yang seperti ini lho, semua orang punya cara masing masing dalam menghasilkan sebuah karya tulisan.

Tips ini saya dapatkan dari beberapa sumber buku dan website karena saya tau pengalaman saya tidak banyak dalam dunia kepenulisan jadi tak pantas untuk diri ini memberikan tips.

Rabu, 01 Maret 2017

WACANA MEMBUKA KELAS ONLINE MERAJUT

Kecintaanku pada kerajinan tangan menghantarkanku untuk belajar merajut saat duduk dibangku SD. Kala itu, aku dan temanku sering main ke rumah guru ngaji setelah puang TPA. Suatu hari saat kita main ke sana untuk menonton TV guru ngaji kami yang sedang membuat sebuah boneka barbie dari untaian benang berwarna hitam, Aku langsung mendekatinya, pandanganku fokus pada tangannya yang sibuk merajut. Aku heran kok bisa dari benang yang panjang dapat menjadi sebuah bentuk bentuk yang indah hanya dengan bantuan besi yang panjangnya tidak melebihi panjang pena atau pencil dengan ujung seperti pengait, alat ini disebut hakpen. Mulailah timbul banyak pertanyaan tetang merajut di pikiranku.

Di hari lain pun aku dan temanku ingin mencoba membuat rajutan, alhamdulillah setelah 3 bulan lamanya barulah baju bonekaku jadi, namun temanku justru menyarah ditengah jalan sebelum berhasil membuat sebuah karya rajutan. Waktu terus berjalan, aku semakin akrab dengan benang dan hakpen. Sampai saat kuliah, aku bisa mendapatkan uang lewat hobiku ini. Aku sebenarnya lebih suka mengajari merajut daripada menjualnya, rasanya bahagia saja melihat oranglain bisa menggunakan karyanya sendiri sehingga lebih menghargai susah payahnya merajut, lebih hemat juga. Sehingga kalau ada teman yang ingin membeli produkku yang telah aku beri nama "Kerajinan Kaki", aku lebih merekomendasikan dia untuk mencoba membuat sendiri dulu, jika dia benar benar menyerah dan tidak mau, aku baru menerima pesanannya.

Sebuah kalimat "Jangan biarkan rezeki dari Allah berhenti di kamu", sangat menginspirasi aku untuk berbagi ilmu merajutku yang sedikit karena aku kurang mendalami teori merajut. Aku ingin membuat sebuah forum / group WA / Kelas online merajut untuk menjadi wadah diskusi tentang merajut dan berbagi info tentang rajutan. Selian itu hal ini didasari dari teman teman yang belum tuntas belajar merajut bersama aku tapi sudah berpisah denganku. Hanya masih bingung dengan sistem kelas merajutnya, bagi yang memiliki saran untuk rules kelas merajut online ini mohon komentar? dan satu lagi kendala yaitu merajut memang sulit jika hanya melalui video atau teori, namun insyaAllah dengan kemudahan yang Allah berikan semua akan lancar. Ditunggu ya kelas merajut online dari kerajinan kaki

Berikut karya dari Kerajinan Kaki dan Sahabat kerajinan kaki, semoga dapat memotivasi untuk belajar merajut.






































"Saat merajut rasanya bisa sambil berkhayal" sebuah penyataan orang yang telah merasakan sensasi merajut, apakah kalian ingin merasakannya, maka mari belajar merajut bersama Kerajinan Kak

Cek juga IG @Kerajinan_kaki

KEADAAN DAERAH MAYORITAS ISLAM

Aku pernah mengikuti sebuah kajian yang sangat menarik, materinya dikemas dalam video visual. Pembahasan hari ini adalah tentang indonesia, negeri yang begitu kaya, sebiji jagung bisa jadi ratusan biji jangung setelah 100 hari karena kesuburan tanahnya, lautan bagaikan surganya ikan, dengan jala kita sudah dapat membawa pulang ikan, belum lagi tambang emas yang dikuasai perusahaan asing. Namun kenapa di negeri yang kaya ini masih ada rakyat yang miskin, kesenjangan sosial yang tinggi, yang kaya begitu tampak kaya, dan yang miskin begitu sangat miskin. Aku tidak tau apa yang terjadi pada negeri ini, apa yang membuat negeri ini terus berkembang tanpa pernah tau kapan dinobatkan sebagai negara maju.

Itu hanya secuil keunikan negeriku, indonesia. Di negeri yang mayoritas rakyatnya beragama islam ini, rasa rasanya justru syariat islam sulit ditegakan. Tak ada berita buruk tentang islam yang media tidak tayangkan, sedangkan berita itu belum tentu benar, islam adalah agama sempurna jika ada kelemahan itu berasal dari umatnya yang tidak menjalankan sesuai ketentuan islam. Jika ada sesuatu yang baik, media lumpuh dan bisu, merasa tak terjadi apa apa.

Bank bank yang menjadi sumber riba ada dimana mana, sudah jelas riba itu dosa, bahkan dosa riba yang paling ringan adalah seperti berzina dengan orangtua. Bayangkan jika seorang anak berzina dengan ibu atau ayahnya, kebayang nggak? itu dosanya sebanding dengan dosa riba terendah. Kemungkinan besar ini yang membuat rakyatnya tidak dapat meningkatkan status ekonominya. Setiap pengen usaha urusannya sama riba hanya manusianya tak sadar jika itu dosa karena kata riba diganti bunga, yang mungkin di dalam benak manusia itu sesuatu yang wangi, indah dan menguntungkan. Ini permainan kata namun sangat mempengaruhi pemiran orang orang yang kurang ilmunya.

Islam mengajarkan menutup aurat, tapi anehnya di negeri yang jumlah muslimnya lebih dari 50% ini iklan produk banyak yang menggunakan wanita dengan pakaian yang tak sesuai syariat agama. Kalau dipikir apa hubungannya kulkas dengan wanita, bahan bangunan dengan wanita, tak ada kan, memang yang menggunkan bahan bangunan wanita, tapi banyak baleho atau papan iklan yang bergambar wanita untuk mempromosikan bahan bangunan, alat elektronik, dan produk lainnya. Belum lagi acara acara TV yang menyuguhkan wanita dengan pakaian kurang bahan, bolong sana sini, potongan minim sekali atau lebar tapi nerawang. Seakan kita lupa kewajiban sebagai umat islam.

Sudah terlalu banyak dosa yang sudah dianggap biasa oleh masyarakat indonesia. Namun aku cukup bersyukur kini negeri Indonesia sedikit lebih baik, mulai muncul kajian kajian islam dengan pengisi ceramah yang benar benar alim, wanita wanita mulai mengenakan pakaian syar'i, sunnah Rasulullah mulai ditegakkan. Harapan selalu ada untuk Indonesia lebih baik lagi, namun jangan pernah berpikir "Apa yang telah negara untuk kita?" tapi lupa dengan "Apa yang telah kita berikan untuk negeri ini?". Perubahan harus kita mulai dari diri kita sendiri, sesuai dengan yang telah dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].

 Dari ayat ini, aku dan temanku memiliki banyak impian untuk desa tercinta. Kita berharap desa kita bisa lebih baik, namun kendalanya sejak SMA kami sudah jarang bersua di desa. Kita merantau ke pulau jawa sehingga kalau pulang 6 bulan sekali, di rumah pun tak lama. Bagaimana ingin melakukan perubahan jika beini adanya, kawan di desa pun aku tak banyak yang kenal dekat. Aku sedih jika mendengar kabar tentang pemuda desa yang putus sekolah, sering minum minuman keras, sedangkan yang memiliki kesempatan sekolah justru hamil di luar nikah, dan lebih parahnya masyarakatnya tak merasa itu sebuah masalah, meski mereka menyadari itu bukan sesuatu yang tidak baik mereka cukup berkata "ya mau gimana lagi". Rasanya mereka putus asa akan Rahmad Allah. Aku memang lemah dan bukan orang yang berpengaruh di desaku, tapi keinginanku sangat kuat untuk menjadikan Way Kekah, desa tercinta menjadi lebih baik, aku yakin hanya Allah yang dapat membantu mimpiku dangan temanku. Untuk kalian, mari bangun negeri berawal dari diri sendiri lalu lingkungan sekitar. Jika kita bisa berkomentar tetang pemerintah atau tindakan oranglain, harusnya kita tau saran apa yang lebih baik dari tindakannya itu, maka lakukanlah jangan hanya jadi manusia yang pandai menghujat saja.

Selasa, 28 Februari 2017

HIJRAH ITU TAK MUDAH

'Hijrah' kata yang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat indonesia, namun tak semua yang sering mendengar ktau ini tau makna Hijrah. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh: H. Dedih Surana, Drs., M.Ag. (Dosen Universitas Islam Bandung/Unisba) Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.

Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut sebagaian ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul kufur” menuju “darul Islam”. Keluar dari kekufuran menuju keimanan. Umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri dan keluarganya terancam dalam mempertahankan akidah dan syari’ah Islam.

Sehingga kini dimaknai para muslim dan muslimah yang berubah demi menempuh jalan taqwa adalah orang yang sedang hijrah. Akupun merasakan masa ini, yang dahulu aku berhijab sesuai standart nasional hingga akhirnya berubah dengan pakaian yang lebih baik sesuai dengan yang Allah perintahkan. Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. Al-Baqarah 2:218).

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang mujairin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni;mat) yang mulia. (Qs. Al-An’fal, 8:74)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (Qs. At-Taubah, 9:20)

Orangtua yang mengarahkan aku mengaji TPA dan mereka yang marah ketika aku tidak shalat ataupun tidak mengaji dulu ketika kecil, itu menurutku dahulu sudah lebih dari cukup untuk mengajarkan ilmu agama padaku. Namun setelah dewasa semakin aku tau bahwa ilmu agama islam itu luas, tidak sekedar berjilbab, shalat, puasa, zakat dan membaca Al-Qur'an. Masa kegalauan dan pencarian jati diri mencapai puncaknya saat aku mengenakan seragam putih abu abu. Saat itu ada  salah seorang temanku yang menurutku lebih paham agama diantara kita, dia tidak bersalam dengan lawan jenis, padahal kita tau bagaimana pergaulan anak SMA yang sudah terbiasa berbaur antara laki laki dan perempuan tapi dia begitu menjaga dirinya. Aku yang tidak berilmu sering bercanda mungkin bisa dibilang mengejeknya dengan kata kata seperti ini "hayo kalau gak boleh pinjem (atau hal lain) nanti aku pegang", dia jawab dengan senyum dan berkata "kalau berani", aku terdiam membisu untuk beberapa detik. Aku memang sering mengejeknya tapi aku tidak pernah berani untuk menyentuhnya. Hingga akhirnya ada salah satu teman yang menjelaskan kepadaku alasan temanku itu melakukan hal itu karena sebuah hadist ""

Alhamdulillah yang telah memberikan Rahmad dan hidayah Nya kepadaku, dari itu aku mulai belajar sepertinya, menjaga jarak dengan lawan jenis. Aku sering tersenyum sendiri mengingat bagaimana cara Allah menegurku. Waktu terus berjalan, aku belajar sedikit demi sedikit ilmu agama dari teman teman SMA. Menginjak ke lingkungan kampus dan bergelar menjadi seorang perantauan. Aku memang semakin jauh dari orangtua namun justru hal ini membuatku semakin dekat dengan Allah. Aku temukan majelis ilmu yang tak aku temukan di Lampung. Teman dan lingkungan pun mendukung. Aku dipersatukan dengan seorang wanita sholihah sesuai namanya. Saat harus praktek di bidan pertama kalinya di semester 3 aku cukup khawatir karena harus menggunakan rok selama sebulan padahal aku hobi mengenakan celana gunung (bukan jens). Aku mulai percaya kalau teman dekat adalah cerminan diri, hanya dalam waktu sebulan dia bisa mempengaruhiku sedikit demi sedikit. Dia yang selalu berpakaian syar'i lengkap dengan kaos kaki meski di dalam rumah karena memang kita tinggal serumah dengan keluarga bu bidan yang jelas bukan mahram dengan kita. Aku pun mulai selalu mengenakan kaos kaki kalau ke luar rumah.

Tak sampai di situ, praktek klinik selanjutnya pun aku selalu dengannya, hingga beberapa orang sering tertukar jika memanggil kami karena kami sering berdua terus padahal sudah jelas aku dengannya secara fisik sangat berbeda. Jilbabku yang tadinya minimalis mulai memanjang ke bawah. Ketika aku di jawa memang perubahan ke arah yang baik ini mungkin sangat terasa mudah, namun ketika balik ke kampung halaman aku siap mendapatkan segala konsekuensi atas segala perubahanku. Yang mulai dilirik dengan pandangan tajam dari ujung kepala hingga ujung kaos kaki, dikomentari soal penampilan sudah biasa, dipanggil panggil ustadzah atau bu hajah di amiini saja, itu adalah bagian dari do'a. Namun yang paling menyakitkan ketika di kampung tidak ada kajian tentang islam, rasanya bisikan setan lebih sulit ditolak dibandingkan ketika dikelilingi oleh wanita sholihah.

Setelah lulus akupun balik ke lampung, aku mencari majelis ilmu agama terdekat, alhamdulilah ada jalan, aku mendapatkan kontak ustadzah yang mungkin jarak perjalanan ke tempat mengaji hanya 1/2 jam. Belum sempat aku bersua dengan majelis itu, aku sudah harus ke jawa untuk test lanjut kuliah D4. Bersambung....
 

Senin, 27 Februari 2017

MENGHEMAT WAKTU DENGAN AL-QUR'AN

Ribuan cara digunakan manusia agar waktu 24 jam dalam sehari itu cukup untuk segala kegiatannya, mulai dari mengatur jadwal harian agar tak ada kegiatan yang tabrakan, menciptakan robot untuk membantu pekerjaan, bahkan aku pernah mendengar akan diciptakan sebuah kendaraan seperti kapsul yang dapat melaju seperti kecepatan suara. Aku tidak tau apa yang ada dibenak manusia ingin mengubah dunia sesuai kemauan mereka, hayalan mereka pun sampai pada pembuatan mesin waktu, sepertinya itu mustahil kecuali Allah berkehendak atas itu. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali, waktu yang sekarang tak mungkin hilang dan waktu yang akan datang tak mungkin dipercepat. Detik demi detik terus berlalu berganti menit, menit berganti jam dan jam pun berganti menjadi hari,seterusnya.

Meski mesin waktu tak bisa dibuat, tapi kita bisa tau kejadian masa lalu dan masa depan lewat Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah. Kita memang tidak ada di saat kejadian yang telah dikisahkan oleh Al-Qur'an namun kita harus percaya bahwa al-Qur'an 100 % benar. Apakah kau masih meragukan kebenarannya? mari kita baca surat Al-Baqarah ayat 23

 وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.(QS. 2:23)

Nah yang masih ragu tentang Al-Qur'an ditantang Allah, sanggup gak? nulis buku saja belum tentu mampu, apalagi membuat ayat semisal Al-Qur'an. Mulai dari tetang agama hingga ilmu pengetahuan (sains), kisah masa lalu hingga masa depan semua sudah tercantum dalam Al-Qur'an. Ini lanjutan dari tantangan Allah,

 فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya)--dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(QS. 2:24)

Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Alquran. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Alquran. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt :

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain." (Q.S Al Isra': 88)

Hayo masih belum percaya dengan Al-Qur'an, Om Tobat Om perbanyak istigfar. Al-Qur'an bukan sekedar pajangan di lemari atau benda untuk simbolis dalam pemberian mahar, jauh lebih dari itu Al-Qur'an adalah pedoman untuk hidup kita, segala solusi dari masalah kita ada di Al-Qur'an. Namun sayangnya ketika ada masalah kita lupa membuka pedoman kita, makanya kita tersesat dan masalah tak terselesaikan. Mengaku islam tapi sudah pernah khatam membaca terjemah Al-Qur'an tidak? kenapa yang ditanya baca terjemahnya? karena aku yakin tak semua muslim menguasai bahasa Al-Qur'an sehingga untuk paham isinya kita tak cukup membaca Al-Qur'an saja tanpa terjemahannya (tanpa memungkiri bahwa membaca Al-qur'an saja sudah mendapat pahala). Sebagian orang lebih asyik membaca novel atau komik, padahal di Al-Qur'an banyak kisah yang tak kalah menarik dan nyata bukan khayalan seperti kisah drama buatan manusia.

Lalu bagaimana Al-Qur'an bisa menghemat waktu kita? caranya cukup simple, sering sering saja membaca Al-Qur'an. Secara akal orang yang membaca Al-Qur'an justru mengurangi jatah waktunnya untuk melakukan kegiatan lain. Aku akan mengajak akal kita berpikir ulang tentang pernyataan tersebut, siapa yang memiliki waktu, siapa yang memberikan masalah dan solusinya, siapa yang mengatur segalanya yang ada di alam semesta? Siapa lagi selain Allah, Hanya kepadanya aku menyembah dan hanya kepadaNya aku memohon pertolongan. Jika kita asyik dan sibuk membaca firman Allah, Allah yang akan membatu mempermudah segala urusan kita sehingga waktu terasa berkah. Dikatakan berkah jika dengan waktu yang sedikit itu bisa kita melakukan banyak hal.

Berikut adalah contoh Ulama yang begitu mencintai Al-Qur'an
Contoh pertama dari seorang ulama yang bernama Al-Aswad bin Yazid –seorang ulama besar tabi’in yang meninggal dunia 74 atau 75 Hijriyah di Kufah- bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam. Dari Ibrahim An-Nakha’i, ia berkata,

كَانَ الأَسْوَدُ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي رَمَضَانَ فِي كُلِّ لَيْلَتَيْنِ
“Al-Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam.” (Siyar A’lam An-Nubala, 4: 51). Subhanallah … Yang ada, kita hanya jadi orang yang lalai dari Al-Qur’an di bulan Ramadhan.
Disebutkan dalam kitab yang sama di luar bulan Ramadhan, Al-Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam enam malam. Waktu istirahat beliau untuk tidur hanya antara Maghrib dan Isya. (Siyar A’lam An-Nubala, 4: 51)
Ada seorang ulama di kalangan tabi’in yang bernama Qatadah bin Da’amah yang meninggal tahun 60 atau 61 Hijriyah dan salah seorang murid dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau ini sampai dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal sebagai ulama pakar tafsir dan paham akan perselisihan ulama dalam masalah tafsir. Sampai-sampai Sufyan Ats-Tsaury mengatakan bahwa tidak ada di muka bumi ini yang semisal Qatadah. Salam bin Abu Muthi’ pernah mengatakan tentang semangat Qatadah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an,

كَانَ قَتَادَة يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي سَبْعٍ، وَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ خَتَمَ فِي كُلِّ ثَلاَثٍ، فَإِذَا جَاءَ العَشْرُ خَتَمَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Qatadah biasanya mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 5: 276)
Muhammad bin Idri Asy-Syafi’i yang kita kenal dengan Imam Syafi’i yang terkenal sebagai salah satu ulama madzhab sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman,

كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً
“Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36). Bayangkan, Imam Syafi’i berarti mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali. Subhanallah …
Ibnu ‘Asakir adalah seorang ulama hadits dari negeri Syam, dengan nama kunyah Abul Qasim, beliau penulis kitab yang terkenal yaitu Tarikh Dimasyq. Anaknya yang bernama Al-Qasim mengatakan mengenai bapaknya,

وكان مواظبا على صلاة الجماعة وتلاوة القرآن، يختم كل جمعة، ويختم في رمضان كل يوم، ويعتكف في المنارة الشرقية، وكان كثير النوافل والاذكار
“Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan shalat jama’ah dan tilawah Al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan Al-Qur’an setiap hari. Beliau biasa beri’tikaf di Al-Manarah Asy-Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin berdzikir.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 20: 562)

Sumber : https://rumaysho.com/11162-kisah-menakjubkan-para-ulama-mengkhatamkan-al-quran-dalam-sehari.html

Secara logika saja ya, aku kalau baca al-qur'an itu 1 juz paling tidak 1 jam. Jika Imam Syafi'i mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sehari 2 kali berarti seharusnya waktu yang dibutuhkan adalah 60 jam, namun Allah memberikan keberkahan waktu pada Imam Syafi'i. Terlihat kurang masuk akal untukku tapi itulah kuasa Allah yang jika berkehendak tinggal mengatakan "Jadilah" maka akan terjadi. Ehm... mungkin nggak ya kita bisa seperti mereka, tak ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha dengan disertai Rahmad dan hidayah Allah. Sudah jangan terlalu menyulitkan diri 60 kali dalam sebulan, minimal khatam Al-Qur'an 1 kali saja dalam bulan ramadhan. "Jangan tunggu waktu luang tapi luangkan waktu", masa Allah yang menghidupkanmu dan memelihara hidupmu hanya kau berikan waktu waktu sisa saja. Bulan Ramadhan tahun kemarin aku mendengar kisah imam Syafi'i yang mengkhatamkan Al-Qur'an 60 kali dalam bulan Ramadhan, aku pun mengeshare semangat membaca Al-Qur'an di BBM. Spontan temanku kuliah personal chat ke aku, menanyakan tentang hadits yang melarang khatam Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Karena ilmuku di bawah rata rata, aku pun bingung, alhamdulillah melalui diskusi kita dapatkan titik tengah. Berikut penjelasan yang aku dapatkan dari rumaysho.com

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ « فِى شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ « لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ »
“Wahai Rasulullah dalam berapa hari aku boleh mengkhatamkan Al-Qur’an. Beliau menjawab, “Dalam satu bulan.” ‘Abdullah menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Lantas hal itu dikurangi hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Khatamkanlah dalam waktu seminggu.” ‘Abdullah masih menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Tidaklah bisa memahami jika ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud no. 1390 dan Ahmad 2: 195. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Al ‘Azhim Abadi menyatakan bahwa hadits di atas adalah dalil tegas yang menyatakan bahwa tidak boleh mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. (‘Aun Al-Ma’bud, 4: 212)
Para ulama menjelaskan bahwa yang ternafikan dalam hadits adalah ketidakpahaman, bukan pahalanya. Artinya, hadits tersebut tidaklah menunjukkan tidak boleh mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Yang dimaksudkan dalam hadits adalah jika mengkhatamkan kurang dari tiga hari sulit untuk memahami. Berarti kalau dilakukan oleh orang yang memahami Al-Qur’an seperti contoh para ulama yang penulis sebutkan di atas, maka tidaklah masalah.
Dalam Lathaif Al-Ma’arif (hal. 306) disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali, “Larangan mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari itu ada jika dilakukan terus menerus. Sedangkan jika sesekali dilakukan apalagi di waktu utama seperti bulan Ramadhan lebih-lebih lagi pada malam yang dinanti yaitu Lailatul Qadar atau di tempat yang mulia seperti di Makkah bagi yang mendatanginya dan ia bukan penduduk Makkah, maka disunnahkan untuk memperbanyak tilawah untuk memanfaatkan pahala melimpah pada waktu dan zaman. Inilah pendapat dari Imam Ahmad dan Ishaq serta ulama besar lainnya. Inilah yang diamalkan oleh para ulama sebagaimana telah disebutkan.

Mungkin kalau kisah ulama, kita akan mengatakan "Yah itu kan ulama". Sekarang aku ingin bercerita tentang kisahku sendiri. Aku yang bukan ulama, hanya seorang yang fakir ilmu. Jika ada yang baik dalam kisah ini boleh diambil pelajaran namun jika ada hal yang buruk mohon bantu diluruskan.

Ramadhan tahun kemarin, Alhamdulillah yang telah mengizinkan aku untuk menikmati ramadhan di pulau jawa, tepatnya solo. Suasananya lebih terasa karena terdapat banyak kajian di sini, berbeda dengan di kampung tercinta, Way Kekah yang majelis ilmu agama masih langka, kita do'akan semoga kampungku bisa seperti solo dan jogja yang hampir tiap waktu ada kajian bahkan di waktu yang sama ada kajian yang berbeda. Niatku di solo bukan hanya sekedar menikmati bulan suci namun untuk mendaftar kuliah D4 Kebidanan, inilah sekanario terbaik dari Allah. Aku yang hanya berbekal latihan soal satu kali saja di rumah dengan nekat daftar kuliah di salah satu kampus idaman di Solo, yaitu Universitas Sebelas maret. Begitu sampai di Solo aku diajak main sama keluarga temenku, yah maklum kangen sudah lama tak jumpa. Malam harinya aku baru sempat memegang buku soal, mungkin tidak sampai 5 menit aku membaca aku sudah tertidur lelap. 

Esok harinya waktunya untuk aku ujian, yang jadi bahan ujian itu materi jaman SMA yang sudah 3 tahun lamanya tidak aku pelajari. Namun saat yang lain sibuk memegang soal dan pensil untuk belajar sambil menunggu ujian dimulai, aku  justru masih asyik membaca Al-Qur'an. Allah melipat gandakan pahala termasuk pahala membaca al-Qur'an saat bualan ramadhan, sehingga aku tidak mau melewatkan waktu emas ini. Dan aku percaya bahwa Allah akan memberikan kemudahan jika kita berusaha menjalankan perintahnya. Bel masuk berbunyi, aku pun masuk ke ruangan ujian dengan santai. Aku kerjakan semua soal meski aku tau sistem penilaian menggunakan minus jika salah.Ujian telah berlalu kini waktunya menunggu.

Pagi hari setelah ujian saat saur ada suara telfon berdering, tertulis nama "Aibuku". Aku kira ibu mau bangunin aku sahur ternyata sepagi itu ibu cuma mau mengabari bahwa aku keterima di UNS. bersyukur, kaget dan nggak nyangka, sepertinya janji Allah benar. Ini semua terlepas dari aku yang malas belajar, seharusnya usaha tetap maksimal tapi taqwa yang utama. Padahal mungkin bisa jadi ada peserta yang lain yang lebih besar usahanya, namun jika kita sudah menggandeng yang memiliki alam ini, apapun mungkin terjadi. Selain kisah ini, aku sudah merasakan the power of Al-qur'an, setiap aku bisa menyelesaikan 1 hari 1 juz, aku merasa waktuku begitu longgar, urusanku selalu dipermudah. Kalau kalian tidak percaya dicoba saja, jika merasa sulit untuk membiasakan one day one juz maka carilah teman yang bisa selalu mengingatkan, mungkin ikut komunitas ODOJ bisa jadi pilihan. Baca, pelajari, dan amalkan Al-qur'an lalu rasakan efek yang luar biasa.

Minggu, 26 Februari 2017

URGENSI ILMU

Setelah sebulan lamanya tak bersua dengan majelis ilmu agama, Alhamdulillah yang telah memberikan aku kesempatan untuk bisa tetap menuntut ilmu Nya.

Hari ini jadwal halaqoh, kajian inilah yang selalu dirindukan. Sebuah kajian kontinu dengan sebuah lingkaran kecil. Jika ta'lim seperti tabligh akbar mungkin kita tak kenal sebelah kiri kanan tapi di sini kami seperti dipersaudarakan. Saling mengingatkan dalam kebaikan, tak sekedar kenal nama tapi masalah pribadi pun kita bicarakan untuk temukan solusi secara syar'i.

Mukhodimah kali ini dari murabiah begitu menyentuh hati. Beliau berkata bahwa beliau bisa saja tak datang ke majelis ini karena udzur syar'i namun beliau sangat rindu kami dan tarbiyah ini beliau rela menempuh jarak yang tak bisa dibilang dekat, sragen - jogja. Beliau bisa hadir di antara kita pun tak serta merta dari usahanya namun karena Rahmad dan hidayah Nya. Mata beliau pun berkaca kaca, seperti haru bisa tarbiyah.

Berapa banyak orang di luar sana yang sedang sibuk dengan urusan dunia hingga lupa kewajibannya. Menuntut ilmu agama itu wajib hukumnya, bukan untuk jadi ustadz dan ceramah di atas mimbar tapi agar ibadah kita memiliki dasar ilmu. Tanpa ilmu apakah kita tau cara berwudhu, jika caranya salah maka wudhunya tak sah, jika wudhu tak sah maka shalat pun tak sah. Amal kita jadi percuma tanpa ilmu agama. Ini pentingnya menurut ilmu.

Mungkin kita bisa belajar lewat membaca buku, apalagu sekarang semua mudah diakses lewat sebuah kotak canggih dalam genggaman kita. Tinggal sentuh sentuh apa yang kita cari sudah dapat dimunculkan asal ada kuota atau terkoneksi hotspot. Namun tetap berbeda sensasi menurut ilmu lewat membaca dengan berkumpul semacam ini. Siapa yang menjamin semua buku benar, bisa salah cetak, tapi kalau majelis seperti ini kita salah maka banyak yang mengingatkan dan murabiah meluruskan. Selain itu pahalanya InsyaAllah di sisi Allah juga beda dengan yg santai santai membaca sambil tiduran.

Ketika malas dalam menuntut ilmu jadi ingat perkataan seorang moderator "jangan pernah lelah memperjuangan islam karena manisnya surga tidak dirasakan oleh orang yang hanya duduk diam di kamar kosan". Ini menohok sekali untukku yang bermimpi masuk surga dan menatap wajah Allah.

Sesampainya di rumah dapat kiriman WA yang isinya begini

*~ SUNGGUH AKU MASIH SANGAT KURANG ~*

Oleh : Sania Rifa

Hari itu aku baru saja selesai kuliah pukul 3 sore. Aku memutuskan untuk menuju masjid fakultas sembari menunggu azan Asar dan sholat Asar berjamaah. Sudah lama aku tak mengunjungi masjid fakultas, mungkin karena akhir-akhir ini aku sangat disibukkan dengan tugas akhirku. Maklum, mahasiswa tingkat akhir.

“Assalamu’alaykum, Mbak Fatimah. Apa kabar mbak? Udah lama ga ketemu nih”

Suara yang aku kenal membuyarkan lamunanku yang sedang duduk menunggu iqamah sholat Asar.

“Wa’alaykumsalam Husna, Alhamdulillah baik. Iyanih, mbak udah jarang ke masjid sekarang”

Pembicaraanku dengan Husna segera dipotong oleh iqamah salat Asar. Aku, Husna dan jamaah wanita lainnya segera mengambil tempat di shaf pertama dan merapatkan shaf sholat. Seusai sholat Asar aku tidak langsung pulang. Aku sengaja ingin menikmati waktu-waktu di masjid, mengobati rasa rindu serta menemukan ketenangan yang entah mengapa selalu bisa aku temukan di masjid.

Kebanyakan jamaah wanita setelah sholat dan berdoa, akan mematut diri di cermin sebentar kemudian pergi keluar masjid. Namun, ada satu jamaah wanita yang menarik perhatianku. Sudah 30 menit setelah solat Asar selesai, namun dia masih terduduk diam tak berpindah dari tempat sholatnya tadi. Itu Husna, adik tingkatku yang tadi menyapaku. Aku sengaja menunggu Husna, hingga akhirnya dia bangkit dan menggantungkan mukena yang dipakainya. Wajahnya tertunduk dan tak melihatku yang duduk di sisi kanan masjid.

“Husna,”aku memanggilnya sambil tersenyum dan melambaikan tanganku.

“Lama banget doanya, Na. Doain apa sih? Jangan lupa doain skripsi Mbak cepet selesai ya”

“Oh mbak Fatimah masih disini? Doain banyak macem mbak. Hehe. Soalnya ini hari Jumat jadi mau manfaatin waktu-waktu doa di ijabah aja mbak.”

“MasyaAllah, ukhti. Nanti abis solat Maghrib deh, jangan lupa doain ya. Eh doain abis setiap kamu solat juga lebih bagus,”balasku.

“Iya, insyaAllah Husna doain mbak”jawabnya sambil tersenyum kecil.

“Eh Na, emang sekarang lagi sibuk apa? Kok kayak banyak pikiran gitu sih? Cerita sini”

Husna pun mengambil tas nya dan duduk di depanku. Menjawab dengan jawaban mahasiswa pada umumnya bahwa dia sedang sibuk kuliah dan organisasi. Bercerita tentang sulitnya mata kuliah yang dia ambil, laporan yang tak kunjung berhenti, serta banyaknya agenda rapat dari organisasi yang dia ikuti. Kami mengobrol banyak hal, sesekali aku memberikan saran kepadanya bila memang masalahnya dulu pernah aku hadapi. Hingga akhirnya dia bertanya tentang suatu hal.

“Mbak, menurut mbak kontribusi apa yang bisa kita berikan untuk Islam?”

“Eh, kontribusi? Menurutku kamu belajar sungguh-sungguh dan ikut organisasi di fakultas ini sudah bisa jadi kontribusi kok,”jawabku sekenanya.

Ada rona tidak puas di wajahnya saat mendengar jawabanku. Seakan berkata, duh kalo gitu Husna juga tau, mbak. Akhirnya dia bercerita panjang lebar kenapa sampai menanyakan pertanyaan tersebut. Belakangan ini dia rutin mengikuti kajian dengan tema Sirah Nabawiyah. Sudah pertemuan ke tujuh, katanya. Kajiannya sudah mulai membahas dakwah Nabi Muhammad secara terang-terangan. Tentang sabarnya Nabi Muhammad dalam mendakwahi suku Quraisy meski dicaci maki, diperlakukan kasar dan hampir dibunuh. Tentang budak Muslim yang tetap bertahan dalam keimanan kepada Allah meski disiksa dengan sangat keji oleh tuannya. Tentang Abu Bakar yang kadar keimanannya sangat tinggi, langsung percaya apapun yang dikatakan Nabi Muhammad dan langsung menyebarkan dakwah Islam setelah dirinya masuk Islam. Tentang Hamzah yang rela membela Nabi Muhammad saat dikeroyok suku Quraisy dan akhirnya diberikan Allah hidayah untuk masuk Islam. Serta tentang segala perjuangan dakwah Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.

“Iya, mbak. Aku jadi sedih dengan diriku sendiri setelah tau perjuangan Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dalam mendakwahkan Islam. Sedangkan aku di sini, hidup enak, bisa kuliah, mau ibadah ga ada yang nyiksa, tapi ngelakuin ibadah aja masih kendor.”

Selanjutnya Husna bercerita tentang orang-orang yang kisah hidupnya menginspirasi. Ada seorang ustad yang hidupnya mengabdikan diri di pesantren di daerah terpencil, membimbing anak-anak di daerah tersebut menjadi hafidz dan hafidzah. Ada seorang Ibu yang sangat berprestasi, memilih menjadi ibu rumah tangga, menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya untuk kemudian setelah anaknya sukses masih tetap semangat melanjutkan lagi sekolahnya karena ingin terus memberi manfaat dari ilmunya. Ada seorang pengusaha yang dulunya jatuh bangun mengejar kesuksesan, namun setelah sukses dia tidak egois dan justru membangun panti asuhan di beberapa daerah. Ada seorang dokter yang meski hidupnya sederhana tapi rela membuka klinik gratis di rumahnya untuk orang-orang tidak mampu.

“Husna kagum dengan mereka mbak. Mereka yang kontribusinya bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Husna juga pengen kayak mereka. Tapi Husna belum tau bisa berkontribusi apa. Makanya tadi abis sholat Asar, Husna curhat ke Allah. Minta tolong Allah supaya Husna bisa berkontribusi dalam Islam dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Doain ya Mbak, mungkin Husna sekarang belum bisa kasih apa-apa, kontribusi Husna masih sangat kurang tapi semoga nanti ke depannya Allah tunjukkin jalan biar Husna bisa jadi “sesuatu” juga.”jelasnya panjang lebar.

Seakan mendapat pukulan telak, aku hanya bisa terdiam. Husna, adik tingkatku yang sebenarnya tidak biasa-biasa saja, justru mengeluhkan sedikitnya kontribusi yang telah dia berikan. Padahal lihatlah, Husna adalah mahasiswa berprestasi, sering mengikuti olimpiade sejak SMP, sering memenangkan perlombaan karya tulis ilmiah, aktif di beberapa organisasi kampus, relawan di lembaga kemanusiaan, dan tentang ibadahnya, jangan ditanya. Menurutku dia sosok muslimah dengan ibadah dan akhlak yang sangat baik.

“Sungguh, aku masih sangat kurang” adalah kalimat yang justru lebih pantas ditujukan kepadaku. Selama ini aku hanya memikirkan diriku sendiri. Seperti sekarang saja aku berlagak seakan menjadi manusia yang paling menderita hanya karena mengurusi tugas akhir. Aku tak pernah memikirkan kontribusi apa yang bisa aku berikan untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain. Ya Allah, maafkan aku.

Husna, terima kasih telah menyadarkanku dan izinkan aku meminjam doamu.

“Ya Allah, sungguh ibadahku dan kontribusiku dalam Islam masih sangat kurang. Namun aku bersyukur karena Engkau telah menempatkanku pada lingkungan orang-orang hebat yang senantiasa menginspirasi dan memberi manfaat. Maka dari itu Ya Allah, jangan jadikan aku hanya sebagai penikmat saja. Jadikanlah aku sebagai penggerak dan pemberi manfaat. Tunjukkanlah padaku jalan untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam rangka beribadah kepadaMu. Aamin”

Semakin menciut, bahkan ana tak pantas menjadi setitik buih lautan yang menggambarkan umat islam. Masih pantaskah kita diam, ayo ambil pena, kertas atau androidmu untuk membantu menuntut