Senin, 27 Februari 2017

MENGHEMAT WAKTU DENGAN AL-QUR'AN

Ribuan cara digunakan manusia agar waktu 24 jam dalam sehari itu cukup untuk segala kegiatannya, mulai dari mengatur jadwal harian agar tak ada kegiatan yang tabrakan, menciptakan robot untuk membantu pekerjaan, bahkan aku pernah mendengar akan diciptakan sebuah kendaraan seperti kapsul yang dapat melaju seperti kecepatan suara. Aku tidak tau apa yang ada dibenak manusia ingin mengubah dunia sesuai kemauan mereka, hayalan mereka pun sampai pada pembuatan mesin waktu, sepertinya itu mustahil kecuali Allah berkehendak atas itu. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali, waktu yang sekarang tak mungkin hilang dan waktu yang akan datang tak mungkin dipercepat. Detik demi detik terus berlalu berganti menit, menit berganti jam dan jam pun berganti menjadi hari,seterusnya.

Meski mesin waktu tak bisa dibuat, tapi kita bisa tau kejadian masa lalu dan masa depan lewat Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah. Kita memang tidak ada di saat kejadian yang telah dikisahkan oleh Al-Qur'an namun kita harus percaya bahwa al-Qur'an 100 % benar. Apakah kau masih meragukan kebenarannya? mari kita baca surat Al-Baqarah ayat 23

 وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.(QS. 2:23)

Nah yang masih ragu tentang Al-Qur'an ditantang Allah, sanggup gak? nulis buku saja belum tentu mampu, apalagi membuat ayat semisal Al-Qur'an. Mulai dari tetang agama hingga ilmu pengetahuan (sains), kisah masa lalu hingga masa depan semua sudah tercantum dalam Al-Qur'an. Ini lanjutan dari tantangan Allah,

 فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya)--dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(QS. 2:24)

Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Alquran. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Alquran. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt :

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain." (Q.S Al Isra': 88)

Hayo masih belum percaya dengan Al-Qur'an, Om Tobat Om perbanyak istigfar. Al-Qur'an bukan sekedar pajangan di lemari atau benda untuk simbolis dalam pemberian mahar, jauh lebih dari itu Al-Qur'an adalah pedoman untuk hidup kita, segala solusi dari masalah kita ada di Al-Qur'an. Namun sayangnya ketika ada masalah kita lupa membuka pedoman kita, makanya kita tersesat dan masalah tak terselesaikan. Mengaku islam tapi sudah pernah khatam membaca terjemah Al-Qur'an tidak? kenapa yang ditanya baca terjemahnya? karena aku yakin tak semua muslim menguasai bahasa Al-Qur'an sehingga untuk paham isinya kita tak cukup membaca Al-Qur'an saja tanpa terjemahannya (tanpa memungkiri bahwa membaca Al-qur'an saja sudah mendapat pahala). Sebagian orang lebih asyik membaca novel atau komik, padahal di Al-Qur'an banyak kisah yang tak kalah menarik dan nyata bukan khayalan seperti kisah drama buatan manusia.

Lalu bagaimana Al-Qur'an bisa menghemat waktu kita? caranya cukup simple, sering sering saja membaca Al-Qur'an. Secara akal orang yang membaca Al-Qur'an justru mengurangi jatah waktunnya untuk melakukan kegiatan lain. Aku akan mengajak akal kita berpikir ulang tentang pernyataan tersebut, siapa yang memiliki waktu, siapa yang memberikan masalah dan solusinya, siapa yang mengatur segalanya yang ada di alam semesta? Siapa lagi selain Allah, Hanya kepadanya aku menyembah dan hanya kepadaNya aku memohon pertolongan. Jika kita asyik dan sibuk membaca firman Allah, Allah yang akan membatu mempermudah segala urusan kita sehingga waktu terasa berkah. Dikatakan berkah jika dengan waktu yang sedikit itu bisa kita melakukan banyak hal.

Berikut adalah contoh Ulama yang begitu mencintai Al-Qur'an
Contoh pertama dari seorang ulama yang bernama Al-Aswad bin Yazid –seorang ulama besar tabi’in yang meninggal dunia 74 atau 75 Hijriyah di Kufah- bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam. Dari Ibrahim An-Nakha’i, ia berkata,

كَانَ الأَسْوَدُ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي رَمَضَانَ فِي كُلِّ لَيْلَتَيْنِ
“Al-Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam.” (Siyar A’lam An-Nubala, 4: 51). Subhanallah … Yang ada, kita hanya jadi orang yang lalai dari Al-Qur’an di bulan Ramadhan.
Disebutkan dalam kitab yang sama di luar bulan Ramadhan, Al-Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam enam malam. Waktu istirahat beliau untuk tidur hanya antara Maghrib dan Isya. (Siyar A’lam An-Nubala, 4: 51)
Ada seorang ulama di kalangan tabi’in yang bernama Qatadah bin Da’amah yang meninggal tahun 60 atau 61 Hijriyah dan salah seorang murid dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau ini sampai dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal sebagai ulama pakar tafsir dan paham akan perselisihan ulama dalam masalah tafsir. Sampai-sampai Sufyan Ats-Tsaury mengatakan bahwa tidak ada di muka bumi ini yang semisal Qatadah. Salam bin Abu Muthi’ pernah mengatakan tentang semangat Qatadah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an,

كَانَ قَتَادَة يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي سَبْعٍ، وَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ خَتَمَ فِي كُلِّ ثَلاَثٍ، فَإِذَا جَاءَ العَشْرُ خَتَمَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Qatadah biasanya mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 5: 276)
Muhammad bin Idri Asy-Syafi’i yang kita kenal dengan Imam Syafi’i yang terkenal sebagai salah satu ulama madzhab sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman,

كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً
“Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36). Bayangkan, Imam Syafi’i berarti mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali. Subhanallah …
Ibnu ‘Asakir adalah seorang ulama hadits dari negeri Syam, dengan nama kunyah Abul Qasim, beliau penulis kitab yang terkenal yaitu Tarikh Dimasyq. Anaknya yang bernama Al-Qasim mengatakan mengenai bapaknya,

وكان مواظبا على صلاة الجماعة وتلاوة القرآن، يختم كل جمعة، ويختم في رمضان كل يوم، ويعتكف في المنارة الشرقية، وكان كثير النوافل والاذكار
“Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan shalat jama’ah dan tilawah Al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan Al-Qur’an setiap hari. Beliau biasa beri’tikaf di Al-Manarah Asy-Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin berdzikir.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 20: 562)

Sumber : https://rumaysho.com/11162-kisah-menakjubkan-para-ulama-mengkhatamkan-al-quran-dalam-sehari.html

Secara logika saja ya, aku kalau baca al-qur'an itu 1 juz paling tidak 1 jam. Jika Imam Syafi'i mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sehari 2 kali berarti seharusnya waktu yang dibutuhkan adalah 60 jam, namun Allah memberikan keberkahan waktu pada Imam Syafi'i. Terlihat kurang masuk akal untukku tapi itulah kuasa Allah yang jika berkehendak tinggal mengatakan "Jadilah" maka akan terjadi. Ehm... mungkin nggak ya kita bisa seperti mereka, tak ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha dengan disertai Rahmad dan hidayah Allah. Sudah jangan terlalu menyulitkan diri 60 kali dalam sebulan, minimal khatam Al-Qur'an 1 kali saja dalam bulan ramadhan. "Jangan tunggu waktu luang tapi luangkan waktu", masa Allah yang menghidupkanmu dan memelihara hidupmu hanya kau berikan waktu waktu sisa saja. Bulan Ramadhan tahun kemarin aku mendengar kisah imam Syafi'i yang mengkhatamkan Al-Qur'an 60 kali dalam bulan Ramadhan, aku pun mengeshare semangat membaca Al-Qur'an di BBM. Spontan temanku kuliah personal chat ke aku, menanyakan tentang hadits yang melarang khatam Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Karena ilmuku di bawah rata rata, aku pun bingung, alhamdulillah melalui diskusi kita dapatkan titik tengah. Berikut penjelasan yang aku dapatkan dari rumaysho.com

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ « فِى شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ « لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ »
“Wahai Rasulullah dalam berapa hari aku boleh mengkhatamkan Al-Qur’an. Beliau menjawab, “Dalam satu bulan.” ‘Abdullah menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Lantas hal itu dikurangi hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Khatamkanlah dalam waktu seminggu.” ‘Abdullah masih menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Tidaklah bisa memahami jika ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud no. 1390 dan Ahmad 2: 195. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Al ‘Azhim Abadi menyatakan bahwa hadits di atas adalah dalil tegas yang menyatakan bahwa tidak boleh mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. (‘Aun Al-Ma’bud, 4: 212)
Para ulama menjelaskan bahwa yang ternafikan dalam hadits adalah ketidakpahaman, bukan pahalanya. Artinya, hadits tersebut tidaklah menunjukkan tidak boleh mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Yang dimaksudkan dalam hadits adalah jika mengkhatamkan kurang dari tiga hari sulit untuk memahami. Berarti kalau dilakukan oleh orang yang memahami Al-Qur’an seperti contoh para ulama yang penulis sebutkan di atas, maka tidaklah masalah.
Dalam Lathaif Al-Ma’arif (hal. 306) disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali, “Larangan mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari itu ada jika dilakukan terus menerus. Sedangkan jika sesekali dilakukan apalagi di waktu utama seperti bulan Ramadhan lebih-lebih lagi pada malam yang dinanti yaitu Lailatul Qadar atau di tempat yang mulia seperti di Makkah bagi yang mendatanginya dan ia bukan penduduk Makkah, maka disunnahkan untuk memperbanyak tilawah untuk memanfaatkan pahala melimpah pada waktu dan zaman. Inilah pendapat dari Imam Ahmad dan Ishaq serta ulama besar lainnya. Inilah yang diamalkan oleh para ulama sebagaimana telah disebutkan.

Mungkin kalau kisah ulama, kita akan mengatakan "Yah itu kan ulama". Sekarang aku ingin bercerita tentang kisahku sendiri. Aku yang bukan ulama, hanya seorang yang fakir ilmu. Jika ada yang baik dalam kisah ini boleh diambil pelajaran namun jika ada hal yang buruk mohon bantu diluruskan.

Ramadhan tahun kemarin, Alhamdulillah yang telah mengizinkan aku untuk menikmati ramadhan di pulau jawa, tepatnya solo. Suasananya lebih terasa karena terdapat banyak kajian di sini, berbeda dengan di kampung tercinta, Way Kekah yang majelis ilmu agama masih langka, kita do'akan semoga kampungku bisa seperti solo dan jogja yang hampir tiap waktu ada kajian bahkan di waktu yang sama ada kajian yang berbeda. Niatku di solo bukan hanya sekedar menikmati bulan suci namun untuk mendaftar kuliah D4 Kebidanan, inilah sekanario terbaik dari Allah. Aku yang hanya berbekal latihan soal satu kali saja di rumah dengan nekat daftar kuliah di salah satu kampus idaman di Solo, yaitu Universitas Sebelas maret. Begitu sampai di Solo aku diajak main sama keluarga temenku, yah maklum kangen sudah lama tak jumpa. Malam harinya aku baru sempat memegang buku soal, mungkin tidak sampai 5 menit aku membaca aku sudah tertidur lelap. 

Esok harinya waktunya untuk aku ujian, yang jadi bahan ujian itu materi jaman SMA yang sudah 3 tahun lamanya tidak aku pelajari. Namun saat yang lain sibuk memegang soal dan pensil untuk belajar sambil menunggu ujian dimulai, aku  justru masih asyik membaca Al-Qur'an. Allah melipat gandakan pahala termasuk pahala membaca al-Qur'an saat bualan ramadhan, sehingga aku tidak mau melewatkan waktu emas ini. Dan aku percaya bahwa Allah akan memberikan kemudahan jika kita berusaha menjalankan perintahnya. Bel masuk berbunyi, aku pun masuk ke ruangan ujian dengan santai. Aku kerjakan semua soal meski aku tau sistem penilaian menggunakan minus jika salah.Ujian telah berlalu kini waktunya menunggu.

Pagi hari setelah ujian saat saur ada suara telfon berdering, tertulis nama "Aibuku". Aku kira ibu mau bangunin aku sahur ternyata sepagi itu ibu cuma mau mengabari bahwa aku keterima di UNS. bersyukur, kaget dan nggak nyangka, sepertinya janji Allah benar. Ini semua terlepas dari aku yang malas belajar, seharusnya usaha tetap maksimal tapi taqwa yang utama. Padahal mungkin bisa jadi ada peserta yang lain yang lebih besar usahanya, namun jika kita sudah menggandeng yang memiliki alam ini, apapun mungkin terjadi. Selain kisah ini, aku sudah merasakan the power of Al-qur'an, setiap aku bisa menyelesaikan 1 hari 1 juz, aku merasa waktuku begitu longgar, urusanku selalu dipermudah. Kalau kalian tidak percaya dicoba saja, jika merasa sulit untuk membiasakan one day one juz maka carilah teman yang bisa selalu mengingatkan, mungkin ikut komunitas ODOJ bisa jadi pilihan. Baca, pelajari, dan amalkan Al-qur'an lalu rasakan efek yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar