1 Februari 2017
Hujan membuat orang tak ingin berpergian, hujan pula
membuat orang malas melakukan kegiatan, padahal hujan adalah suatu keberkahan. Aku
adalah salah satu manusia yang dulu sering sekali mengeluh saat hujan turun
bahkan aku mencela hujan yang selalu diam saat kebanyakan orang membenci
kehadirannya. Saat semua rencana telah dibuat dan persiapan pun telah matang,
hujan mehancurkan segalanya itu keluh kesahku dulu saat hujan turun dan
menghambat kelancaran kegitan yang telah direncanakan
Kini sedikit demi sedikit Allah ingin
memahamkan kepadaku bahwa semua yang ku lakukan itu salah. Allah lebih tau apa
yang terbaik untuk kita disbanding diri kita sendiri. Secara logika saja ya,
jika motormu dengan merk ***** rusak, akan kah kau membawanya ke bengkel dengan
merk lain? Tentu tidak kan, karena kamu tau bahwa yang menciptakan motor
tersebut lebih tau masalah dan solusi yang ada pada motor tersebut, begitu pula
Allah yang menciptakan kita dan seluruh ala mini, Dia lebih tau masalah dan
solusi alam ini.
Allah Ta’ala pun telah berfirman,
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا
شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ
يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
“Bisa
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.”
(QS. Al Baqarah:
216)
Selain itu
alasanku untuk tidak membenci hujan karena waktu hujan adalah waktu mutajab
untuk berdo’a, jadi semakin sering hujan atau semakin lama hujan berarti
semakin banyak kesempatan do’a untuk dikabulkan. Mulai saat ini aku mulai
menyukai hujan dan mengurangi hujatan tentang hujan, dan yang tak kalah penting
hujan bukan alasan untuk bermalas malasan, kita tidur karena kita mengantuk
bukan karena hujan, kurangi tidurmu karena setelah meninggal kau akan tidur
dalam waktu yang lama untuk menunggu kiamat. Namun tetap saja aku adalah
manusia biasa yang terkadang masih sulit menerima takdir yang Allah berikan
Pagi itu langit tampak gelap, sinar matahari bersembunyi dibalik awan hitam yang telihat lelah membawa air dan ingin segera menurunkannya. Hal tersebut tak mempengaruhi rutinitas rumah ini, ya rumah yang dulu sempat ku tebengi, rumah yang menjadi tempat berteduh saat aku harus angkat kaki dari asrama, rumah yang selalu menemani saat ku sendiri menunggu acara impian yang sering disebut wisuda, anggota keluarga di rumah ini sibuk dengan aktivitasnya masing masing, seorang ibu menyiapkan beberapa gelas seduhan teh dan tak kopi, serta sarapan untukku dan anaknya yang masih sekolah dasar, hanya kami berdua yang sarapan di rumah ini. Kamar mandi 1 untuk bergantian tapi tak ada yang berebutan karena mereka tau siapa yang harus didahulukan, yaitu si anak yang harus segera berangkat sekolah. Lalu ibunya yang berkerja sebagai guru TK, barulah ayahnya yang akan menjajakan barang dagangan ke pasar. Sedangkan aku nanti nanti saja karena aku mengigil jika mandi terlalu pagi di sini, hawa di sini cukup dingin
Pagi itu langit tampak gelap, sinar matahari bersembunyi dibalik awan hitam yang telihat lelah membawa air dan ingin segera menurunkannya. Hal tersebut tak mempengaruhi rutinitas rumah ini, ya rumah yang dulu sempat ku tebengi, rumah yang menjadi tempat berteduh saat aku harus angkat kaki dari asrama, rumah yang selalu menemani saat ku sendiri menunggu acara impian yang sering disebut wisuda, anggota keluarga di rumah ini sibuk dengan aktivitasnya masing masing, seorang ibu menyiapkan beberapa gelas seduhan teh dan tak kopi, serta sarapan untukku dan anaknya yang masih sekolah dasar, hanya kami berdua yang sarapan di rumah ini. Kamar mandi 1 untuk bergantian tapi tak ada yang berebutan karena mereka tau siapa yang harus didahulukan, yaitu si anak yang harus segera berangkat sekolah. Lalu ibunya yang berkerja sebagai guru TK, barulah ayahnya yang akan menjajakan barang dagangan ke pasar. Sedangkan aku nanti nanti saja karena aku mengigil jika mandi terlalu pagi di sini, hawa di sini cukup dingin
Sebelum berangkat mabakku yang berperan sebagai istri dan
seorang ibu di rumah ini, memintaku untuk pulang ke jogja menunggu beliau
pulang dari kerja, mungkin sekitar ba’da dzuhur. Aku pun di rumah sendiri lagi, aku tak sedih
dengan kondisi ini karena aku terlalu betah untuk tetap di rumah. Seperti biasa
benang dan hakpen jadi teman setia dalam kesendirian, merajut sambil menatap
jendela yang mulai tampak rintik air hujan turun dengan berlahan, semakin lama
semakin kencang disertai angin yang membuat hujan semakin lebat terasa. Aku harap
ini tak akan lama dan akan berhenti saat waktuku untuk pulang ke jogja, bukan
aku menolak keberkahan hujan tapi aku takut berkendara saat hujan, namun jika
ku tak pulang ke jogja adikku sudah menungguku di sana. Aku hanya berharap yang
terbaik saja.
Hingga seluruh keluarga pulang hujan tak kunjung berhenti
meski tadi sempat berkurang namun kini semakin kencang.
Ku jadi ingat satu hal, ku buka sebuah buku do’a dan witir (Hisnul Muslim), ku telursuri daftar isi, satu demi satu judul do’a ku baca hingga ku temukan sebuah Do’a agar hujan berhenti. Sempat heran dengan do’a ini, bukan kah hujan itu berkah kenapa ada do’a agar hujan berhenti, ini berarti menolak rezeki, tapi tekatku semakin bulat saat pandanganku tertuju pada jendela yang mengarahkan penglihatanku ke hujan yang semakin lebat di luar rumah. Ku baca dengan penuh harapan, karena aku tak pandai berbahasa arab saat membaca do’a ya aku hanya berharap hujan berhenti dan aku bisa perjalanan ke jogja. Do’a selesai ku baca, ku penasaran dengan terjemahan do’a dalam bahasa Indonesia
Ku jadi ingat satu hal, ku buka sebuah buku do’a dan witir (Hisnul Muslim), ku telursuri daftar isi, satu demi satu judul do’a ku baca hingga ku temukan sebuah Do’a agar hujan berhenti. Sempat heran dengan do’a ini, bukan kah hujan itu berkah kenapa ada do’a agar hujan berhenti, ini berarti menolak rezeki, tapi tekatku semakin bulat saat pandanganku tertuju pada jendela yang mengarahkan penglihatanku ke hujan yang semakin lebat di luar rumah. Ku baca dengan penuh harapan, karena aku tak pandai berbahasa arab saat membaca do’a ya aku hanya berharap hujan berhenti dan aku bisa perjalanan ke jogja. Do’a selesai ku baca, ku penasaran dengan terjemahan do’a dalam bahasa Indonesia
"Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk
merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan di dataran tinggi dan lokasi gersang
serta do perut lembah dan tempat tempat tumbuhnya pepohonan"
Air mata tak terbendung, mata mulai berkaca kaca. Alangkah
indah do’a yang kekasih Allah, nabi Muhammad, yang Rasul kita minta bukan hujan
berhenti begitu saja, tapi memohon agar hujan itu bermanfaat, tidak
membahayakan serta memohon agar hujan itu diberikan untuk yang membutuhkan. Aku
tidak pernah terpikir memohon hujan berhenti dengan kata kata super duper indah
dan halus seperti ini. Tanpa tuntunan rasulullah mungkin aku akan mengatakan “Ya
Allah semoga hujannya berhenti, aku mau pergi ya Allah”. Bukan berarti do’a itu
dibatasi ya, namun jika bisa kita gunakan do’a yang rasulullah ajarkan dengan
penyusunan kosa kata yang halus kemungkinan besar do’a kita akan lebih cepat
terkabulakan. Apakah sama respon orangtua yang dimintain mainan anaknya secara
paksa dengan yang secara lembut? Tentu orangtua akan lebih mudah memberikan
sesuatu kepada anak yang secara lembut memintanya. Tetapi ingat Allah tidak
bisa dibandingkan dengan ciptaannya, seperti computer yang tak akan pernah
sebanding dengan manusia yang membuatnya
Manusia mana yang suka dimintai pertolongan setiap saat? Pasti
tidak ada kalaupun ada itu di zaman Rasulullah. Berbeda dengan Allah yang saat
mencintai hamba-Nya yang memohon kepada Nya, ini bukti bahwa kita mahkluk
lemah, kita butuh Allah, bukan Allah yang butuh pujian dan do’a kita. Kita tidak
berdo’a tidak akan mengurangi kemuliaan Allah. Pesan dari sahabat "Aku
tidak takut doaku ditolak, tapi yang aku lebih takutkan aku tidak diberi
hidayah untuk terus berdoa." [Umar bin Khattab]
Wallahu 'alam
Wallahu 'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar