Kamis, 09 Februari 2017

BUKAN SEKEDAR CITA

Aku terlahir dari rahim seorang wanita yang tangguh, saat dia sedang mengandung aku sempat membuatnya tak sadarkan diri akibat tendanganku dari dalam perut. Begitu besar perjuangan seorang ibu, di bulan awal kehamilan dia harus merasakan mual dan muntah sehingga badannya lemas, saat perutnya semakin membesar dia harus sering sering ke kamar mandi untuk buang air kecil berlanjut pada dada yang sesak dan sulit tidur, itu dia rasakan kurang lebih selama 9 bulan 10 hari, setelah itu pengorbanannya belum usai. Dia bertaruh nyawa demi kelahiran anaknya, bahkan Allah memuliakan perjuangannya itu dengan pahala mati sahid jika dia meninggal saat melahirkan, dimana surga adalah imbalannya. Namun begitu besar kasih sayang seorang ibu, pasti ibu pada umumnya memilih melanjutkan perjuangan merawat anak dari pada surga yang sudah Allah siapkan untuknya.

Saat itu ibuku melahirkan ditolong seorang bidan yang lumayan jauh jaraknya dari rumah orangtuaku. Karena kala itu masih jarang bidan, hingga di masyarakat mendapat penghormatan dan menjadi pforesi idaman. Banyak orangtua ingin anaknya jika sudah besar menjadi bidan, begitu juga sang anak yang selalu mendapat gambaran kebaikan tentang seorang bidan.

Dan aku termasuk anak yang bercita cita menjadi seorang bidan yang selalu tampak anggun dengan pakai putih khas tenaga kesehatan. Meski dari kecil aku sangat takut saat melihat darah dan segala yang berghubungan dengan rumah sakit, sampai sampai ketika rekreasi aku memilih tidur di luar, aku tak mau tidur di kamar penginapan yang serba putih layaknya rumah sakit. Tapi semua rasa takutku tak menghalangi cita citaku hingga aku SMA semuanya berubah.

Aku sering mendengar bahwa bidan sudah banyak sehingga peluang kerjanya kecil, aku mulai berubah pikiran, aku ingin lulus kuliah langsung kerja sehingga tak merepotkan orangtua. Layaknya drama aku anak yang keras kepala ini membuat ibuku menereskan air mata, orangtua tak memaksa anaknya menjadi bidan hanya mengarahkan, hatiku luluh ku ikuti apa yang orangtua arahkan dan akhirnya aku pun mendaftar di jurusan kebidanan sebuah institusi pendidikan negri surakarta.

Ketika ebelum kami dinyatakan masuk jurusan kebidanan sedari kecil kami ditanya "apa cita-citamu?" Setiap orang punya jawaban berbeda, doktercbiar bisa nolongin orang yang sakit, polwan keren kalau lagi pakai seragam. Pegawai bank kan selalu tampil cantik, guru profesi yg sangat mulia, wirausaha bakalan jadi jutawan, reporter, sering jalan" ngeliput berita, penulis agar aksara merubah segalanya. Tapi beberapa detik setelah pengumuman penerimaan mahasiswa, semua cita" itu telah berubah menjadi "aku ingin jadi Bidan Profesional" dengan intonasi suara yg merendah

Ketidakmantapan tersebut yang membuat satu per satu dari kami telah hijrah ke jurusan sesuai dengan cita-citanya, ada yang mendaftar di kedokteran, guru dan kepolisian.

Hal tersebut menunjukan bagaimana cita" sangat mempengaruhi segala usaha yang kami lakukan. Profesi bukanlah satu satunya cita-cita manusia di dunia ini, andai dari buaian ibu manusia sudah ditanamkan dengan cita-cita berupa surga, saya sangat yakin usaha manusia tidak akan keluar dari jalan menuju cita-citanya tersebut

Bayangkan saja jika cita-cita kita masuk surga. Tak akan ada pemimpin yang korupsi, karna dia tau mencuri adalah dosa yang membuat cita-citanya tak tercapai (surga). Tak akan ada mal praktek oleh tenakes, karna dia tau segala tindakannya berhubungan dengan nyawa jika dia lalai maka akan berdosa yang membuat cita"nya tak tercapai (surga). Tak akan ada kekerasan yang dilakukan guru, karna dia tau marah adalah dosa yang membuat cita"nya tak tercapai (surga). Tak akan ada makanan berbahaya, karna pedagang tau membohongi konsumen adalah dosa yang membuat cita-citanya tak tercapai (surga)

Aku pun sadar bahwa apapun profesinya, yang penting cita-citanya surga. Aku pun cinta dengan profesiku sebagai bidan, aku bisa belajar menjadi istri dan ibu dari pasienku, karena dia adalah perantara ilmuku. Jangan pernah sesali apa yang terjadi tapi syukuri apa yang sudah ada pada diri maka kebahagian akan didapati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar